TGIPF Sebut Pemerintah Tidak Beri Izin Kompetisi Liga 1 Hingga Perubahan dan Kesiapan Dicapai PSSI

TGIPF serahkan laporan dan rekomendasi terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan
TGIPF serahkan laporan dan rekomendasi terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan / Anadolu Agency/GettyImages
facebooktwitterreddit

Indonesia masih berada dalam kondisi duka setelah tragedi di Stadion Kanjuruhan. Insiden yang terjadi setelah pertandingan Liga 1 antara Arema dan Persebaya pada Sabtu (1/10) malam membuat setidaknya 132 orang meninggal dunia. Pemerintah juga menyatakan korban yang selamat berpotensi mendapatkan dampak jangka panjang.

Proses investigasi dari berbagai pihak masih berlanjut. Pemerintah Indonesia sudah membentuk tim pencari fakta independen (TGIPF). Tim ini dipimpin oleh Menkopolhuka, Machfud MD. Tim ini menyerahkan laporan dan rekomendasi yang mereka buat dengan total 124 halaman kepada Pemerintah Indonesia.

Salah satu rekomendasi yang diberikan adalah untuk menghentikan kompetisi profesional di bawah PSSI (Asosiasi Sepak Bola Indonesia), mulai dari Liga 1 hingga Liga 3, hingga evaluasi dan perbaikan yang dilakukan berlangsung hingga mencapai kesiapan dan standar yang memadai.

“Pemerintah tidak akan memberikan izin pertandingan liga sepak bola profesional di bawah PSSI yaitu Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 sampai dengan terjadinya perubahan dan kesiapan yang signifikan oleh PSSI dalam mengelola dan menjalankan kompetisi sepak bola di tanah air.”

“Adapun pertandingan sepak bola di luar Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 tetap berlangsung dengan memperhatikan ketertiban umum dan berkoordinasi dengan aparat keamaan. Dalam rangka pelaksanaan prinsip tata kelola organisasi yang baik, perlu segera bagi PSSI untuk merevisi statuta dan peraturan,” ucap Machfud MD dalam konferensi pers pada Jumat (14/10).

TGIPF juga menyampaikan rekomendasi kepada seluruh pihak terkait dalam laporannya. Rekomendasi disampaikan kepada Kepolisian Indonesia, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, PT LIB (Liga Indonesia Baru), Panpel (panitia penyelenggara) pertandingan, dan investigasi terkait pemicu kejadian ini.

TGIPF juga mengungkapkan bahwa realita yang tidak dipublikasikan melalui rekaman CCTV lebih seram dibandingkan apa yang sudah dirilis. Selain itu, TGIPF juga menyatakan bahwa gas air mata yang ditembakkan ke arah tribun penonton menjadi penyebab utama dari tragedi ini.