Tampa Bay Buccaneers: 4 Hal yang Perlu Diketahui Mengenai Klub American Football yang Dimiliki Keluarga Glazer
Oleh Dananjaya WP
Tampa Bay Buccaneers berhasil meraih titel Super Bowl edisi LV setelah mendapat kemenangan 31-9 atas Kansas City Chiefs. Laga di Raymond James Stadium pada Senin (8/2) dini hari WIB menjadi momen bersejarah bagi Buccanneers, yang meraih titel Super Bowl kedua dalam sejarah klub American Football tersebut.
Lantas, apa hubungan Tampa Bay Buccaneers dengan sepakbola? Mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa klub American Football ini dimiliki oleh keluarga Glazer, yang juga memegang saham mayoritas di klub besar Liga Inggris, Manchester United.
Berikut adalah profil dari Tampa Bay Buccaneers dan keterlibatan keluarga Glazer dalam klub tersebut.
1. Diakuisisi Keluarga Glazer Pada 1994
Tampa Bay Buccaneers menghadapi permasalahan finansial yang luar biasa pada 1994, setelah Hugh Culverhouse, yang saat itu menjadi pemilik, meninggal dunia. Pemeriksaan finansial menyatakan Bucs berada dalam kondisi yang membuat mereka dekat dengan kebangkrutan.
Culverhouse Jr. (anak Hugh) menyimpulkan hal terbaik yang dapat dilakukan adalah untuk menjual aset dari Bucs. Terdapat minat dari pemilik New York Yankees untuk melakukan akuisisi dan memindahkan Bucs ke Baltimore.
Tetapi terdapat kejutan yang terjadi pada titik terakhir. Malcolm Glazer mengeluarkan dana sebesar 192 juta Dolar Amerika Serikat (dana akuisisi terbesar di Amerika Serikat saat itu) untuk melakukan akuisisi.
Akuisisi tersebut membuat Bucs berkembang secara signifikan, terutama setelah membangun Raymond James Stadium dan melakukan rekrutmen signifikan, yang dimulai dengan penunjukkan Tony Dungy sebagai pelatih utama.
2. Kesuksesan Super Bowl 2002
Delapan tahun setelah diakuisisi keluarga Glazer, Tampa Bay Buccaneers mendapatkan kesuksesan tertinggi dalam American Football. Skuad asuhan Jon Gruden meraih kemenangan 48-21 atas Oakland Raiders.
Titel itu menjadi yang pertama bagi Bucs di tingkat tertinggi American Football. Sebelumnya klub hanya mampu meraih titel di tingkat daerah.
3. Kebijakan Transfer
Rekrutmen pemain yang dilakukan di Manchester United dalam era kepemilikan Glazer sering mendapat kritik. Kesalahan yang dianggap sering terjadi terdiri dari pengeluaran biaya tinggi untuk pemain yang pada akhirnya gagal atau tidak cocok hingga minimnya niat untuk merekrut pemain ketika skuad memerlukan pemain baru.
Tampa Bay Buccaneers di era Glazer mengutamakan rekrutmen dari pemain-pemain dengan status bebas transfer. Mengingat data dan statistik sangat erat dalam berbagai olahraga di Amerika Serikat, kebijakan ini sudah berlangsung selama lebih dari satu dekade.
Walau demikian, kebijakan dari keluarga Glazer cukup sering mendapat respon positif dari Bruce Arians (pelatih sejak 2019) dan Jason Licht (general manager tim). Investasi terhadap tim dan klub juga tetap berlangsung walau terpengaruh pandemi COVID-19.
4. Fluktuasi Pelatih
Sama seperti Manchester United setelah Sir Alex Ferguson pension pada 2013, Tampa Bay Buccaneers juga pernah memiliki permasalahan terkait pelatih kepala. Setelah Jon Gruden melatih pada 2002 hingga 2008, terdapat empat pelatih yang mengisi kursi panas di Raymond James Stadium sebelum Bruce Arians masuk pada 2019.
Raheem Morris melatih pada 2009 hingga 2011, Greg Schiano pada 2012 hingga 2013, Lovie Smith pada 2014 hingga 2015, dan Dirk Koetter pada 2016 hingga 2018.
Bruce Arians yang masuk pada 2019 sukses mendapatkan titel di tingkat daerah dan nasional. Tetapi pergantian pelatih dapat kembali dilakukan apabila Arians memutuskan untuk pension, mengingat ia sudah berusia 68 tahun.