SPESIAL Ramadan: Starting XI Pemain Muslim Terbaik di Musim 2019/20
Oleh Ignatius Rieza
Tak dapat dimungkiri, imigrasi masyarakat dari Afrika dan Timur Tengah selama beberaoa dekade terakhir ke Eropa, turut mengubah wajah dan kehidupan di benua tersebut. Karakter multikultural pun tidak hanya merasuk di masyarakat awam, namun juga di dunia olahraga, tak terkecuali sepakbola.
Keberadaan pemain-pemain dari berbagai latar belakang ras dan agama, sudah menjadi sesuatu yang normal. Meskipun masih berstatus minoritas, namun para pemain muslim perlahan mampu menjadi pilar di klub-klub top Eropa selama beberapa musim terakhir.
Menyambut Hari Ramadan 2020 ini, berikut kami tampilkan Starting XI pemain muslim terbaik di liga Eropa selama musim 2019/20. Sebagai catatan, data diambil berdasarkan penampilan para pemain di musim ini saja. Kami menggunakan formasi 3-4-3.
1. Kiper: Samir Handanovic
Kiper Timnas Slovenia ini tidak hanya menempati posisi kiper utama Inter Milan, namun dia juga dipercaya sebagai kapten tim sejak musim 2018/19 lalu. Kendati kini berpaspor Slovenia, pemain 35 tahun ini memiliki darah Bosnia-Herzegovina dari kedua oran tuanya.
Sejak kedatangannya pada musim panas 2012 silam, Handanovic sudah menempati posisi kiper utama. Tak terkecuali di musim 2019/20, dengan dirinya baru absen di empat laga saja di semua kompetisi.
2. Bek tengah: Caglar Soyuncu
Meraih popularitasnya kala bermain untuk SC Freiburg di Bundesliga, karier Soyuncu meroket pasca bergabung dengan Leicester City pada musim panas 2018. Pemain Timnas Turki ini memang hanya dimainkan 11 kali di musim pertamanya, namun, statusnya berubah di musim 2019/20.
Kepindahan Harry Maguire ke Man United, membuat Soyuncu kini dipercaya penuh sebagai bek utama untuk bertandem dengan Jonny Evans. Catatan 35 laga di musim 2019/20, menjadi kontribusinya, sekaligus membawa The Foxes bersaing di empat besar klaseme Liga Primer Inggris.
3. Bek Tengah: Kurt Zouma
Bek milik Chelsea ini memang tidak memiliki karier yang mulus, dia sudah menjalani peminjaman ke St. Etienne, Stoke City, dan Everton, sejak tahun 2014. Namun, musim 2019/20 akhirnya membuka pintu baginya untuk berkiprah bersama The Blues.
Cedera Antonio Rudiger, ditambah embargo transfer, membuat Zouma menjadi andalan Frank Lampard musim ini. Berpaspor Prancis, orang tua Zouma bermigrasi dari Afrika Tengah pada 1989. Pemain 25 tahun ini juga termasuk muslim taat, mengingat dirinya menyempatkan diri mengunjungi Mekah pada 2019 untuk beribadah.
4. Bek Tengah: Dayot Upamecano
Rekan senegara Zouma, bek milik RB Leipzig ini juga memiliki darah Afrika, yakni dari Guinea-Bissau. Mengawali kariernya bersama klub kecil Prancis, Valenciennes, Upamecano mulai bersinar pasca bergabung dengan raksasa Austria, RB Salzburg, pada Juli 2015.
Meski hanya mencatatkan 23 penampilan untuk Salzburg selama kurun waktu satu setengah musim, itu cukup untuk membuatnya ditransfer ke Bundesliga Jerman guna bergabung dengan RB Leipzig pada Januari 2017. Hingga kini dirinya tidak tergantikan di Red Bull Arena, dan musim ini dia masih dipercaya penuh dengan catatan 29 penampilan.
5. Bek Sayap Kiri: Sead Kolasinac
Pemain kelahiran Jerman ini memiliki darah Bosnia dari kedua orang tuanya. Meskipun bisa bermain untuk Timnas Jerman karena memiliki paspor negeri panzer, Kolasinac memilih untuk memperkuat tanah kelahiran orang tuanya, yakni Bosnia.
Karier Kolasinac sendiri sebagian besar dihabiskan di Jerman, dengan menimba ilmu di tim muda Karlsruhe FC, Hoffenheim, Stuttgart, dan Schalke, sebelum dipromosikan ke tim senior Schalke pada Juli 2012.
di Veltins Arena, dia mencatatkan 123 penampilan, dan mendapat julukan The Tank karena agresifitas dan posturnya sebagai bek kiri. Kini berseragam Arsenal sejak Juli 2017, Kolasinac sudah memainkan 92 laga, termasuk 20 laga di musim 2019/20.
6. Gelandang Bertahan: Miralem Pjanic
Rekan senegara Kolasinac, Pjanic lahir di Tusla, kota ketiga terbesar di Bosnia. Kendati demikian, karier sepakbola gelandang kreatif ini dimulai di Prancis bersama tim U19 FC Metz pada 2004. Namun namanya baru menanjak kala memperkuat Olympique Lyon pada tahun 2008. Konsistensinya bersama Les Gones, membawanya berkarier ke Serie A, kala AS Roma membelinya pada 2011.
Kini berseragam Juventus sejak 2016 silam, peran Pjanic sebagai gelandang kreatif makin kentara melalui total 167 penampilan sejauh ini. Musim 2019/20 dia tetap dipercaya sebagai jenderal lini tengah di Turin dengan catatan 32 penampilan.
7. Gelandang Bertahan: N'Golo Kante
Mungkin, sosok Kante bisa dibilang sebagai pemain terpenting bagi semua tim yang dia perkuat. Bagaimana tidak, dia berperan krusial kala membawa Leicester City meraih gelar Liga Primer Inggris pada 2016, sebelum kemudian menjadi mesin penggerak lini tengah Chelsea untuk meraih gelar yang sama di tahun 2017.
Kante sendiri merupakan pemain berdarah Mali, orang tuanya hijah ke Prancis tahun 1980. Nama N'Golo sendiri diambil dari salah satu nama raja Mali di masa lampau.
Benar saja, kini sosok 29 tahun ini menjadi raja lini tengah bagi Chelsea. Dia sudah mencatatkan 164 penampilan sejak kedatangannya. Musim ini dia baru bermain di 18 laga karena cedera, namun kala absen, Chelsea nampak tidak cukup stabil. Hal itu menjadi bukti betapa pentingnya peraih gelar Piala Dunia 2018 ini bagi timnya.
8. Bek Sayap Kanan: Achraf Hakimi
Pemain kelahiran Madrid ini sejatinya memiliki kesempatan untuk memperkuat Timnas Spanyol, namun Hakimi, justru memilih Timnas Maroko, yang merupakan negaa asal kedua orang tuanya.
Namun, itu tidak membuat potensinya meredup. Menimba ilmu di tim yunior Real Madrid hingga dipromosikan ke tim senior pada 2017, Hakimi memilih hengkang ke Borussia Dortmund pada Juli 2018 setelah minim kesempatan sepanjang musim 2017/18.
Keputusan itu terbukti sangat tepat. Tampil impresif di musim pertamanya, penampilan justru menanjak di musim 2019/20. Musim ini dia menjadi sosok tak tergantikan di sektor gelandang kanan dalam formasi 3-4-3 Dortmund. Dia pun membayar kepercayaan itu dengan total tujuh gol dan 10 assist dari 38 laga.
9. Sayap kiri: Sadio Mane
Kualitas winger Timnas Senegal ini jelas tidak perlu diragukan. Kualitasnya sebagai penyerang andal sudah terlihat sejak dirinya meneror pertahanan lawan kala berseragam RB Salzburg pada 2012 hingga 2014. Aksinya berlanjut di Inggris, bersama Southampton, sebelum menapaki puncak karier bersama Liverpool sejak Juli 2016 silam.
Bersama The Reds, Mane menjadi penyerang kesayangan Jurgen Klopp, dan kerap mencetak gol-gol penting. Kerja samanya dengan Mohamed Salah, menjadi yang paling mematikan di Eropa kala membawa Liverpool meraih gelar Liga Champions musim 2018/19 lalu.
Musim 2019/20 ini pun dia masih sangat produktif, dengan 18 gol dan 12 assist dari 38 laga. Statistik itu pula yang membantu Liverpool bertengger di puncak klasemen hingga saat ini.
10. Striker: Karim Benzema
Salah satu bakat terbesar Prancis yang tidak mendapat kesempatan bermain untuk negaranya. Pemain keturunan Aljazair ini terlibat konflik dan skandal, yang membuatnya tidak lagi dipertimbangkan untuk memperkuat Les Bleus.
Kendati demikian, bukan berarti kualitas pemain 32 tahun ini menurun. Sejak menembus skuat senior Lyon pada 2005, hingga kini bersama Real Madrid, Benzema selalu mampu tampil tajam di muka gawang. Terutama bersama El Real, sejak bergabung ke Santiago Bernabeu pada 2009, Benzema sudah mencetak 241 gol dari 501 laga, termasuk 19 gol di musim ini.
Statistik itu membuatnya menempati posisi ke-4 daftar top skorer sepanjang masa klub, di belakang Cristiano Ronaldo, Raul, dan Alfredo di Stefano.
11. Sayap kanan: Mohamed Salah
Tak akan lengkap jika membicarakan para pemain muslim terbaik tanpa menyebut sosok Mohamed Salah. Bagaimana tidak, sejak bergabung dengan Liverpool pada Juli 2017 dari AS Roma, pemain asal Mesir ini berubah menjadi penyerang yang 'cukup baik' menjadi seorang superstar.
Musim pertamanya di Anfield, dia langsung menggebrak dengan total 44 gol, dan melaju ke final Liga Champions. Kendati statistiknya menurun di musim 2018/19, yakni 27 gol, dia sukses membawa The Reds memenangkan Liga Champions musim tersebut.
Kini di musim 2019/20, Salah masih cukup produktif debgan 20 gol dari 40 laga. Aksinya tersebut juga berperan besar dalam membawa Liverpool memimpin klasemen Liga Primer.