Perjudian Chelsea Menyelesaikan Isu Lukaku - OPINI

Striker Chelsea, Romelu Lukaku
Striker Chelsea, Romelu Lukaku / Craig Mercer/MB Media/GettyImages
facebooktwitterreddit

Suporter sepak bola yang mengiblatkan cinta mereka ke Stamford Bridge tak jadi disuguhi drama yang lebih menggemparkan di awal tahun ini. Situasi mereda seketika meski masih banyak hujatan terarah ke nama tertentu, mereka merasa geram dengan kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut seorang Romelu Lukaku dalam wawancara eksklusifnya bersama media Sky Sports. Suporter Chelsea mungkin tak berharap kesetiaan yang begitu tinggi dari sosok pemain yang pernah memperkuat Manchester United, tapi mereka jelas mengharapkan sesuatu yang lebih baik keluar dari mulutnya ketimbang yang mereka baca di akhir tahun 2021.

Saat sesorang pesepak bola memiliki karier yang sukses di sebuah klub, kecenderungan untuk memiliki ikatan emosional melebihi narasi hitam di atas putih adalah hal yang manusiawi. Akan tetapi, ketika hal itu diungkapkan secara terbuka pada waktu yang tidak tepat, saat si pesepak bola menjalin kerja sama profesional dengan klub yang berbeda, itu adalah sebuah blunder fatal untuk profesional papan atas.

Wawancara striker Chelsea, Romelu Lukaku, pada Desember 2021 membuat keriuhan yang tidak perlu, seperti yang diungkapkan pelatih Thomas Tuchel. Kepada Sky Sports Italia, pria asal Belgia itu mengungkapkan kecintaannya terhadap Inter, klub yang dibelanya sebelum kembali ke Chelsea pada musim panas 2021 lalu. Bersama klub Serie A tersebut, Lukaku tak hanya berhasil mengangkat trofi liga pertama dalam kariernya, tapi juga menjadi kontributor berharga dalam perjalanan menuju tangga juara.

Secara mendetail, Lukaku menjelaskan kronologi kepindahannya ke Chelsea, mengindikasikan dengan cukup lugas bahwa dia sejatinya tak pernah berharap kembali melangkahi pintu masuk Stamford Bridge. Akan tetapi keengganan Inter menyodorkan kontrak baru membuat Lukaku secara terpaksa angkat kaki dari kota Milan, sembari menanam harapan bahwa suatu saat bisa kembali ke sana saat dirinya masih berada di puncak karier.

Pada bagian lain wawancara tersebut, eks pemain Everton itu tak lupa ikut menyinggung taktik Tuchel yang tidak memberinya kesempatan bermain sebanyak yang diharapkannya. Lukaku seperti lupa diri, masih terjebak dalam hegemoni kesuksesan bersama Inter, di mana dirinya adalah striker terbaik mereka, tanpa pesaing berat yang mengusiknya.

Isi wawancara tersebut, yang sebenarnya ditujukan untuk suporter Inter, akhirnya memancing reaksi negatif dari suporter Chelsea saat diterjemahkan ke bahasa Inggris dan beredar luas. Rentetan hasil negatif yang diraih The Blues ketika wawancara tersebut bisa dinikmati di halaman media-media Inggris tentu membuat situasi semakin memanas. Tak sedikit suporter yang berharap Lukaku segera dijual ke klub lain ketika jendela transfer musim dingin dibuka per 1 Januari 2022.

Saat narasi di luar ruang ganti pemain Chelsea kian tak terkendali, Tuchel menunjukkan kepiawaiannya memegang kemudi tim. Pria asal Jerman ini tak puas hanya mengantongi restu dari manajemen klub untuk mempertimbangkan mencoret nama Lukaku dari laga penting kontra Liverpool, dia ikut menggandeng lima pemain senior membahas keputusan ini.

Tuchel sadar bahwa Lukaku adalah sosok berpengaruh di dalam tim dan dia perlu memastikan bahwa para pemain senior lainnya bersedia bersekutu dengannya daripada bersimpati pada rekannya tersebut. Kelima pemain itu kabarnya adalah sang kapten Cesar Azpilicueta, Jorginho, N'Golo Kante, Antonio Rudiger, dan Thiago Silva. Kelimanya sepakat berada di belakang Tuchel untuk mengasingkan Lukaku dari skuad The Blues.

Pertandingan kontra Liverpool yang berakhir dengan skor 2-2, seolah menjadi bukti bahwa tim Chelsea asuhan Tuchel sama sekali tidak terusik dengan pemberitaan negatif mengenai Lukaku. Lebih jauh lagi, mereka sebenarnya tidak butuh-butuh amat dengan jasanya sebagai tukang gedor utama.

Namun setelah diasingkan sementara, manajemen Chelsea dan Tuchel memutuskan untuk kembali menerima kehadiran Lukaku dengan tangan terbuka setelah yang bersangkutan menyampaikan permintaan maaf. Sang striker kembali masuk tim dan bermain di partai-partai berikutnya. Bisa dikata ini menjadi akhir yang anti klimaks ketimbang skenario yang tertanam di benak banyak orang.


Mempertahankan Lukaku adalah Perjudian Besar Chelsea

Sepintas keputusan untuk mempertahankan Lukaku alih-alih melepasnya ke klub lain menjadi pertanda bahwa Chelsea sepertinya gentar jika harus menjalani sisa musim ini tanpa kehadirannya. Akan tetapi jika dilihat dalam gambaran yang lebih besar, keputusan ini bak dua sisi mata uang, sebuah perjudian.

Meski bisa dikatakan bahwa tidak sedikit suporter Chelsea yang berharap Lukaku segera dijual ke klub lain, bisa dipastikan jika skenario ini terjadi bukan mereka lah yang tertawa paling lebar, tapi klub rival. Lukaku belum menampilkan performa terbaiknya untuk si London Biru, namun potensi itu ada di sana. Tuchel saat ini terkesan masih belum menemukan formasi terbaik timnya, tapi jika di masa depan formasi tersebut melibatkan nama Lukaku sebagai pemain reguler, di mana dia bisa menggenggam perasaan aman seperti halnya saat memperkuat Everton, Manchester United, dan Inter, Chelsea berpeluang mendominasi Inggris dan Eropa.

Permasalahan tim asuhan Tuchel memang ada pada efektivitas para penyerangnya, yang kerap membuang peluang begitu saja saat skema membangun serangan yang dirangkai sudah begitu nikmat untuk disaksikan. Lukaku didatangkan untuk menjadi solusi dari permasalahan tersebut, meski ekspektasi klub dan suporter itu belum berhasil dia jawab hingga sekarang.

Namun, jika keberadaan Lukaku pada akhirnya hanya mengganggu stabilitas tim di sisa musim, toh Chelsea masih memiliki peluang untuk menjualnya dengan harga tinggi pada musim panas, mengingat dia baru menghabiskan setahun di London Barat. Jika skenario ini yang terjadi, momennya bisa lebih ideal untuk siapapun yang meminatinya dan bagi Chelsea untuk berburu penyerang baru.

Chelsea memang tak perlu memenangi perjudian ini sekarang dan tidak sedang kalah dalam lingkaran kontroversi Lukaku. Mereka hanya harus melihat semuanya berjalan seiring waktu dan tidak terjebak untuk membuat keputusan gegabah yang membuat rival bahagia dan merugikan diri sendiri.