7 Pemain yang Terlalu Lama Dipertahankan Liverpool
Oleh Dananjaya WP

Liverpool termasuk dalam salah satu klub terbesar dalam sejarah Liga Inggris. Klub yang bermarkas di Anfield itu memiliki deretan titel domestik maupun kontintental. The Reds juga pernah (dan masih) dibela pemain-pemain dengan kualitas tinggi.
Walau demikian, kadang Liverpool melakukan kesalahan terkait kebijakan pemain dalam skuad mereka. Terdapat beberapa pemain yang dipertahankan terlalu lama, karena sulit dilepas secara permanen ataupun alasan lainnya.
Berikut adalah tujuh pemain yang terlalu lama dipertahankan oleh Liverpool.
7. Daniel Agger
Berposisi sebagai bek tengah, Daniel Agger bergabung dengan Liverpool dari Brondby pada 2006. Agger menjadi salah satu bek tengah penting dalam perjalanan The Reds di era Liga Inggris.
Dalam seluruh kompetisi, Agger tampil dalam 232 laga dan mencetak 14 gol. Pemain asal Denmark itu juga berperan dalam keberhasilan meraih titel Piala Liga dan Community Shield. Agger memang dicintai oleh suporter Liverpool, sayangnya kariernya di Inggris diwarnai permasalahan cedera.
Agger mengakui permasalahan itu diperparah dengan keinginannya untuk tampil lebih cepat dan mengonsumsi obat penahan sakit. Agger bertahan di Anfield hingga akhir musim 2014, sebelum kembali ke Brondby dan mengakhiri kariernya pada musim 2015/16.
6. Divock Origi
Berposisi sebagai penyerang, Divock Origi bergabung dengan Liverpool dari Lille pada musim panas 2014. Origi lebih sering menjadi pelapis sepanjang kariernya dengan The Reds. Pemain asal Belgia itu juga sempat dipinjamkan ke Lille dan VfL Wolfsburg.
Origi memang terlibat dalam kesuksesan Liverpool di Liga Champions pada musim 2017/18, namun efektivitasnya terus menurun. Origi masih berada di skuad Liverpool hingga kini, tetapi sudah tidak dapat diandalkan sebagai opsi dari bangku cadangan maupun saat ada kebutuhan rotasi.
5. Xherdan Shaqiri
Berposisi sebagai penyerang sayap, Xherdan Shaqiri bergabung dengan Liverpool dari Stoke City pada musim panas 2018. Shaqiri sempat menjadi pelengkap dari trio lini depan The Reds yang tampil ganas dalam beberapa tahun terakhir.
Shaqiri juga mampu diandalkan dalam beberapa laga penting, walau jarang tampil. Sayangnya, kesulitan untuk mendapat waktu bermain yang rutin membuat performanya menurun secara signifikan.
4. Joel Matip
Berposisi sebagai bek tengah, Joel Matip didatangkan Liverpool dari Schalke pada musim panas 2016. Pemain asal Kamerun itu sempat disebut sebagai salah satu rekrutmen gratis terbaik yang dilakukan The Reds.
Matip memang sempat menjadi bagian penting dari lini belakang Liverpool. Sayangnya, Matip sering mengalami permasalahan cedera. Matip tidak pernah mengalami cedera yang terlalu parah, namun frekuensi tinggi dari cedera yang dideritanya membuatnya tidak dapat membangun tingkat performa yang diharapkan hingga kini.
3. Georginio Wijnaldum
Berposisi sebagai gelandang, Georginio Wijnaldum direkrut Liverpool dari Newcastle United pada musim panas 2016. Wijnaldum menjadi salah satu sosok yang didatangkan dari tim papan tengah-bawah yang mampu memberi kesan positif.
Kerja keras yang ditunjukkan Wijnaldum membuatnya sering diandalkan oleh Jurgen Klopp. Sayangnya, atribut itu tidak dilengkapi dengan profisiensi dalam mencetak gol atau menciptakan peluang.
Faktor ini membuat keputusan manajemen Liverpool tidak memperpanjang kontrak Wijnaldum pada akhir musim 2020/21 menjadi hal yang masuk akal.
2. Roberto Firmino
Berposisi asli sebagai gelandang serang, Roberto Firmino bergabung dengan Liverpool dari Hoffenheim pada musim panas 2015. Pemain asal Brasil itu mampu berkembang menjadi penyerang yang dianadalkan Jurgen Klopp di lini depan timnya.
Firmino dianggap sebagai penghubung bagi Sadio Mane dan Mohamed Salah yang bermain di sisi sayap. Namun produktivitas Firmino juga beberapa kali mendapat sorotan. Pemain berusia 29 tahun itu hanya mencetak 84 gol dari 282 laga di seluruh kompetisi sejauh ini dengan Liverpool.
1. Alex Oxlade-Chamberlain
Berposisi sebagai gelandang, Alex Oxlade-Chamberlain didatangkan Liverpool dari Arsenal dengan biaya 35 juta Paun pada musim panas 2017. Kemampuannya bermain di berbagai posisi disebut dapat menjadi aset yang berharga.
Oxlade-Chamberlain memaang tampil cukup baik ketika diturunkan, tetapi tidak dapat membangun momentum dalam performanya akibat terlalu sering cedera. Permasalahan ini juga beberapa kali membuat Klopp kekurangan pemain senior di lini tengah.