OPINI: Ole Gunnar Solskjaer Juga Pantas Dikritik Terkait Inkonsistensi Manchester United

Brighton & Hove Albion v Manchester United - Premier League
Brighton & Hove Albion v Manchester United - Premier League / Pool/Getty Images
facebooktwitterreddit

Inkonsistensi dan Manchester United adalah hal yang berkaitan erat dalam beberapa tahun terakhir. Setelah Sir Alex Ferguson mengakhiri kariernya pada 2013, David Moyes, Louis van Gaal, dan Jose Mourinho mengalami kesulitan. Kini, posisi manajer ditempati oleh mantan pemain United, Ole Gunnar Solskjaer.

Solskjaer terlibat dengan signifikan dalam kesuksesan yang dirasakan oleh Manchester United pada 1999. Solskjaer juga sudah memiliki pengalaman kepelatihan di Molde (Norwegia) dan Cardiff City. Meskipun minim pengalaman di tingkat tertinggi, Solskjaer mendapatkan jabatan di Man United pada pertengahan musim 2018/19, dan sempat mengembalikan optimisme.

Ketika United merasakan kesulitan jelang akhir musim 2018/19 dan paruh pertama musim 2019/20, sebagian besar sorotan dan kritik diarahkan kepada pemain-pemain yang ada di dalam tim. Solskjaer sebagai manajer seringkali luput, dan kondisi skuatnya mendapat sorotan yang lebih tinggi.

Terdapat beberapa aspek penting yang membuat Solskjaer juga pantas mendapatkan kritik terkait inkonsistensi yang dirasakan oleh Manchester United.


1. Taktik yang Digunakan

Taktik menjadi salah satu aspek utama yang disorot dalam upaya memberikan penilaian terhadap kinerja seorang manajer. Ole Gunnar Solskjaer sudah memiliki pengalaman kepelatihan selama 12 tahun. Pada 2008, Solskjaer memegang posisi kepelatihan di akademi Manchester United.

Selama berkarier sebagai pelatih, tentu Solskjaer sudah mendapatkan banyak pelajaran, entah dari pengalamannya sendiri maupun saran dari rekan seprofesi yang lebih senior. Membentuk taktik yang ideal adalah hal yang penting, namun kecocokan dengan skuat juga faktor penting yang harus dipertimbangkan.

Apakah taktik yang ingin digunakan oleh Solskjaer cocok dengan skuat yang dimiliki saat ini? Apabila tidak, mendatangkan pemain baru memang dapat menjadi solusi, tetapi perombakan ulang skuat juga perlu dilakukan agar hal itu dapat terjadi. Apakah manajemen klub dapat melakukannya atau memiliki waktu yang memadai? Tidak.

Seorang manajer dapat melakukan satu dari dua hal, mendorong pemainnya untuk mengikuti taktik yang digunakannya, atau beradaptasi dengan kondisi skuat yang dimilikinya saat ini. Semakin lama Solskjaer berusaha terlalu keras untuk menerapkan taktik, yang sejauh ini tidak efektif, kesulitan akan terus berlangsung lebih lama.


2. Keputusan Pergantian Pemain yang Membingungkan

FBL-ENG-PR-TOTTENHAM-MAN UTD
FBL-ENG-PR-TOTTENHAM-MAN UTD / GLYN KIRK/Getty Images

Selain taktik, keputusan seorang manajer di pinggir lapangan ketika pertandingan berlangsung juga hal yang penting dan dapat menjadi penentu kemenangan atau kekalahan. Pergantian pemain yang efektif dapat mengubah alur sebuah laga dari satu arah ke arah yang berlawanan.

Ole Gunnar Solskjaer, sebagai sosok yang dikenal dengan kemampuannya memberi pengaruh ke laga sebagai pengganti, seharusnya memahami ini. Melihat kembali ke laga semifinal Liga Europa kontra Sevilla, aspek ini patut menjadi salah satu kritik untuk Solskjaer.

Solskjaer memasukkan Daniel James dan Juan Mata pada menit ke-87, dan Odion Ighalo pada menit ketiga waktu tambahan. Apakah waktu sesingkat itu dapat digunakan oleh pemain yang bersangkutan untuk memberi dampak yang diharapkan? Peluangnya sangat rendah.

Keputusan tersebut juga seakan memberi pesan kepada pemain-pemain yang ada di bangku cadangan, bahwa mereka tidak mendapatkan kepercayaan dari manajer untuk masuk lebih awal dengan harapan untuk mengubah alur pertandingan.


3. Regresi Pemain

Brighton & Hove Albion v Manchester United - Premier League
Brighton & Hove Albion v Manchester United - Premier League / Pool/Getty Images

Salah satu tugas seorang manajer adalah untuk menentukan susunan pemain yang akan digunakannya. Tetapi, ia juga mendapatkan ekspektasi untuk meningkatkan kemampuan dari pemain-pemain yang dimilikinya. Ole Gunnar Solskjaer juga seharusnya memahami aspek ini dalam pekerjaannya.

Sejak Solskjaer menjadi manajer, terdapat beberapa pemain yang performanya meningkat, tetapi hal itu tidak bertahan lama. Marcus Rashford dan Anthony Martial masih memiliki permasalahan terkait keputusan dan penyelesaian akhir.

Pemain-pemain di lini tengah seperti Paul Pogba dan Nemanja Matic, dan sosok di sisi sayap seperti Luke Shaw dan Aaron Wan-Bissaka, memiliki permasalahan terkait kecepatan.

Sementara di posisi bek tengah, Victor Lindelof dan Harry Maguire sering mengalami kesulitan ketika harus menutup ruang yang terlalu luas. Beberapa aspek ini memperlihatkan regresi dari pemain-pemain kunci, dan hal ini pantas menjadi tanggung jawab manajer.


4. Ketergantungan Terhadap Satu Skema dan Tim Inti

Brighton & Hove Albion v Manchester United - Premier League
Brighton & Hove Albion v Manchester United - Premier League / Pool/Getty Images

Adaptasi tidak hanya hal yang harus diperhatikan oleh pemain, tetapi juga bagi manajer. Ketika taktik, skema permainan, atau tim inti mendapatkan hambatan, alternatif harus dipertimbangkan. Manchester United sering dianggap sebagai tim yang memiliki susunan inti dengan kekuatan tinggi.

Apakah Ole Gunnar Solskjaer terus berusaha untuk mengirimkan pesan kepada manajemen United bahwa skuat yang dimilikinya tidak memadai, terutama di bangku cadangan? Apabila iya, keputusannya berpotensi memberikan kerugian yang signifikan.

Ketika tim inti yang digunakan oleh Solskjaer mendapatkan kekalahan (dengan kesulitan tinggi) kontra Crystal Palace, dan bersusah payah dalam kemenangan atas Brighton & Hove Albion, keputusannya harus dipertanyakan. Jadwal sepanjang musim 2020/21 sangat padat. Apabila terdapat pemain kunci yang cedera, apakah ada pemain yang memiliki kesiapan, fisik maupun mental, untuk menjadi pengganti?

Ketika tim yang dihadapi memahami taktik yang digunakan Solskjaer, apakah terdapat rencana cadangan yang jelas? Apakah para pemain siap untuk menghadapi berbagai skenario di dalam lapangan? Hingga kini Solskjaer belum dapat memberi jawaban yang memuaskan.