OPINI: Meski Tanpa Gelar, Musim Pertama Frank Lampard di Chelsea Bisa Dinilai Sukses

Musim pertama Frank Lampard di Chelsea berakhir tanpa gelar
Musim pertama Frank Lampard di Chelsea berakhir tanpa gelar / Matthias Hangst/Getty Images
facebooktwitterreddit

Musim pertama Frank Lampard di Chelsea berakhir tanpa gelar setelah The Blues takluk 2-1 dari Arsenal di final Piala FA awal Agustus ini. Ironisnya, kegagalan Lampard untuk memberikan trofi pertamanya sebagai pelatih itu terjadi di tangan Mikel Arteta, yang juga baru menjalani musim pertamanya sebagai pelatih kepala sebuah tim.

Mengakhiri sebuah musim tanpa gelar bukanlah sebuah situasi yang familiar di Chelsea, terutama sejak Roman Abramovich mengambil alih kepemilikan klub London Barat tersebut pada 2003 silam. Sebelum musim ini, terakhir kali The Blues tidak mengangkat gelar adalah pada musim 2015/16, ketika mereka hanya finis di posisi ke-10 klasemen Liga Inggris.

Meski duduk di kursi pelatih dengan timnya tanpa meraih satu pun gelar, kepelatihan Lampard tidak bisa dikatakan sepenuhnya gagal. Pria Inggris kelahiran 20 Juni 1978 itu bisa dinilai telah melakukan sesuatu yang luar biasa untuk seseorang yang baru dua tahun menapaki dunia kepelatihan dan badan Premier League juga memilihnya sebagai salah satu kandidat Manajer Terbaik musim 2019/20.

Selain itu beberapa situasi di Stamford Bridge jelas tidak banyak membantu Lampard untuk membawa timnya mencapai prestasi yang membanggakan selain berhasil menempati posisi empat besar.


Kepindahan Eden Hazard ke Real Madrid

Salah satu situasi yang tidak membantu Lampard adalah kepergian bintang utama Chelsea sejak 2012, Eden Hazard. Winger asal Belgia itu akhirnya hengkang ke Real Madrid setelah sekian lama menjadi buruan tim La Liga itu pada musim panas tahun 2019 lalu.

Kontribusi seorang Hazard untuk Chelsea tidak main-main dengan dirinya menjadi bintang utama dalam kesuksesan The Blues meraih trofi Liga Inggris 2014/15 dan 2016/17, juga Liga Europa 2012/13 dan 2018/19. Pemain kelahiran 7 Januari 1991 itu bahkan dinilai sebagai salah satu aset terbaik Liga Inggris semasa berseragam biru London.

Kepiawaiannya menggiring bola, mengecoh lawan, dan melakukan penyelesaian matang menjadi teror menakutkan bagi pertahanan tim manapun. Bahkan mantan manajer Chelsea yang membawa The Blues juara Liga Inggris 2014/15, Jose Mourinho, menilai Hazard sebagai salah satu pemain yang paling berpotensi mematahkan dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo di masa mendatang. Terlepas dari performanya bersama Real Madrid musim ini yang banyak terganggu cedera, Mourinho tidak salah menyematkan label itu kepada Hazard yang saat itu sedang dalam level terbaiknya.

Jadi, jelas kehilangan pemain yang menentukan banyak hasil pertandingan seperti Hazard adalah sebuah pukulan mundur bagi Chelsea. Tak ada lagi pemain yang bisa diharapkan menyelamatkan The Blues dengan pergerakan ajaibnya, sekali pun Christian Pulisic sudah didatangkan dari Borussia Dortmund.

Bintang Amerika Serikat itu tampak kewalahan dengan sifat fisik Liga Inggris hingga beberapa kali diterpa cedera. Chelsea, pendek kata, belum menemukan pengganti Hazard saat melalui musim 2019/20.


Larangan Transfer Pemain

Karena melanggar aturan dalam transfer pemain muda, Chelsea awalnya dijatuhi hukuman larangan membeli pemain dalam dua jendela transfer yang dinilai pada musim panas 2019 hingga musim dingin 2020. Setelah melakukan upaya banding Chelsea akhirya hanya mendapatkan satu larangan dalam sekali bursa transfer.

Hukuman larangan transfer yang menimpa Chelsea sudah diketahui sebelum musim 2018/19 berakhir. Tapi konsekuensi yang diterima The Blues lebih dari sekadar tak bisa membeli pemain, mereka harus rela ditinggal Maurizio Sarri yang tertarik melatih Juventus setelah melihat kacaunya kondisi di dalam klub London Barat tersebut. P

adahal penunjukkan Sarri pada awal musim panas 2018 sejatinya menunjukkan bahwa Chelsea ingin memiliki musim yang lebih panjang bersama eks pelatih Napoli tersebut dan hal itu juga ditegaskan dengan pembelian Jorginho sebagai pemain yang dianggap akan membantu skuat Chelsea menerjemahkan taktik sang pelatih.

Hukuman larangan transfer membuyarkan semuanya. Chelsea kehilangan pelatih dengan situasi tak bisa membeli pemain dan itu membuat mereka menjadi tidak terlalu menarik bagi beberapa pelatih besar. Keputusan besar diambil manajemen dengan menunjuk Frank Lampard yang saat itu tengah melatih Derby County dan masih berada di bawah kontrak selama dua tahun lagi. Menunjuk legenda klub dianggap sebagai upaya The Blues untuk tidak kehilangan dukungan dan gairah dari suporter, akan tetapi Lampard memberikan lebih dari itu.

Dengan memasukkan beberapa pemain akademi ke dalam skuat senior seperti Fikayo Tomori, Mason Mount, Reece James, Tammy Abraham, dan Billy Gilmour ke dalam tim, Lampard menunjukkan upaya untuk semaksimal mungkin memanfaatkan sumber daya pemain yang dia miliki. Pemain seperti Mount dan Abraham memberikan kontribusi yang tidak kecil terhadap laju Chelsea sepanjang 2019/20 meski permainan mereka dianggap belum matang dan konsisten. Hasilnya, Chelsea mampu tampil impresif dalam beberapa periode, meski kehilangan sentuhan itu setelah memasuki 2020.

Hadangan berikutnya datang setelah manajemen The Blues tak berhasil mendatangkan satu pemain pun pada bursa transfer Januari lalu. Dries Mertens dan Edinson Cavani tak bisa direkrut, tak ada perubahan dalam materi skuat The Blues yang sudah mulai kewalahan menghadapi tekanan dan jadwal padat kompetisi domestik dan benua. Permainan mereka naik turun dan pandemi virus korona menghentikan sepak bola selama tiga bulan. The Blues seperti mendapatkan jeda yang dibutuhkan.

Saat kompetisi kembali bergulir, beberapa tim seperti Leicester City, Wolverhampton Wanderers, dan Sheffield United mengalami penurunan performa yang signifikan dan membuat mereka terlempar dari persaingan empat besar. The Blues mampu memanfaatkan situasi itu, meski dengan serangkaian performa yang tidak istimewa, dan finis di posisi empat besar pada akhir musim ketika di awal musim tak banyak yang memprediksi Chelsea bakal mampu bercokol di peringkat elit.

Para pemain Chelsea
Para pemain Chelsea / DANIEL LEAL-OLIVAS/Getty Images

Ya, itu tidak menjelaskan bahwa Chelsea adalah tim yang berkualitas mengingat mereka tertinggal hingga 33 poin dari sang juara Liverpool dan 15 poin dari Manchester City, akan tetapi Chelsea punya beberapa situasi yang memberatkan yang tidak dialami tim-tim lain. Keberuntungan mungkin juga bisa dikata sedang mengiringi Chelsea, namun Cesar Azpilicueta cs bukannya tak pernah membuat para penikmat sepak bola berdecak kagum dengan permainan mereka. Situasinya adalah mereka tak bisa mempertahankan performa bagus mereka karena kedalaman skuat yang tidak bagus.


Lampard Berhasil Memboyong Timo Werner dan Hakim Ziyech

Lampard memiliki peran penting dalam kedatangan Timo Werner dan Hakim Ziyech untuk datang ke Stamford Bridge pada musim panas 2020 ini. Keponakan Harry Redknapp itu melakukan kontak pribadi dengan para pemain tersebut dan berhasil meyakinkan mereka untuk merapat ke London Barat. Saat ini upaya yang sama juga dilakukan kepada Kai Havertz dan jika berhasil, Lampard bisa dibilang punya amunisi yang cukup bagus untuk mulai menutup selisih antara timnya dengan City dan Liverpool.

Lampard baru akan menjalani tahun ketiganya sebagai pelatih, tapi kedatangan pemain-pemain tersebut ke SW6 tak lepas dari pengaruhnya dan apa yang sudah ditunjukkannya saat menangani The Blues musim 2019/20.

Timo Werner
Timo Werner / Alexander Hassenstein/Getty Images

Lampard bukanlah sosok yang takut mengambil langkah tidak populer, seperti memilih pemain belia untuk menjadi tulang punggung timnya, dan itu bisa jadi pertimbangan bagi bintang-bintang seperti Werner dan Ziyech untuk percaya pada proyek yang sedang dibangun mantan gelandang West Ham tersebut.

Proyek yang sedang dibangun Lampard pun lebih bersifat perencanaan jangka panjang hingga beberapa tahun mendatang, yang berarti dirinya juga butuh waktu untuk bisa membuktikan kapasitasnya sebagai pelatih dalam wujud meraih trofi.

Frank Lampard
Frank Lampard / Mike Hewitt/Getty Images

Berkaca dari Jurgen Klopp yang membutuhkan waktu hingga empat sampai lima tahun untuk membentuk tim Liverpool yang ada saat ini, dan dengan pertimbangan bahwa Lampard sudah berhasil membawa Chelsea ke posisi empat besar dengan serangkaian kondisi sulit di musim pertamanya dan itu jelas pencapaian yang lebih baik, dewan klub dan suporter Chelsea boleh berharap lebih pada mantan pemain kesayangan mereka.

Jika dukungan dan kepercayaan terus bertahan di antara ketiga elemen, dewan klub, tim/pelatih, dan suporter, bukan mustahil The Blues bakal mampu meniru jejak Liverpool saat ini dalam beberapa tahun ke depan.