OPINI: Jurgen Klopp Seharusnya Tidak Memenangkan Penghargaan The Best FIFA Men’s Coach 2020
Oleh Dananjaya WP
Jurgen Klopp terpilih sebagai peraih penghargaan The Best FIFA Men’s Coach 2020. Keberhasilan Liverpool mendapatkan gelar juara Liga Inggris 2019/20 menjadi pendorong utama dari kesuksesan Klopp dalam penghargaan ini. Manajer asal Jerman itu unggul atas rekan senegaranya, Hans-Dieter Flick (Bayern Munchen) dan manajer Leeds United (Marcelo Bielsa).
The Reds mendapatkan gelar juara Liga Inggris untuk pertama kalinya, dan mengakhiri puasa gelar liga domestik yang sudah berlangsung selama nyaris dua dekade. Pencapaian Jordan Henderson dan rekan-rekannya memang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Klopp berhasil membawa trofi Liga Inggris ke Anfield lima tahun setelah bergabung pada pertengahan musim 2015/16.
Walau pencapaian Klopp dan para pemainnya patut dipuji, apakah sang pelatih pantas disebut sebagai yang terbaik pada 2020?
3. Sesuai Ekspektasi
Liga Inggris dikenal sebagai kompetisi yang ketat, apapun dapat terjadi. Tetapi dalam empat musim terakhir tim yang diunggulkan menjadi juara berhasil meraih trofi. Sejak awal musim 2019/20, Liverpool sudah mendapatkan status unggulan.
Persaingan yang mereka jalani dengan Manchester City selama tiga musim memberi modal yang signifikan dari segi pengalaman dan mental.
Apakah Mohamed Salah dan rekan-rekannya mendapatkan gelar juara ini dengan mudah? Tentu tidak. Bermain dengan intensitas tinggi pada paruh pertama, dan mempertahankan standard performa setelah kompetisi sempat ditunda patut dipuji.
Tetapi pada dasarnya keberhasilan yang diraih Liverpool pada musim 2019/20 bukan hal yang mengejutkan.
Gelar ini memang memiliki makna yang luar biasa, bagi tim, klub, dan seluruh pendukungnya. Namun, apakah keberhasilan ini bermakna lebih dibandingkan kesuksesan Hans-Dieter Flick membawa Bayern Munchen meraih prestasi treble setelah merasakan kesulitan tinggi pada awal musim?
2. Mendapatkan Gelar Juara dengan Investasi yang Sepadan
Mengesampingkan keajaiban Leicester City pada musim 2015/16, secara umum klub yang melakukan investasi besar akan memiliki peluang tinggi untuk meraih kesuksesan di Liga Inggris. Manchester City dan Chelsea sudah membuktikan ini, begitu pula dengan Manchester United dalam beberapa titel yang mereka raih.
Liverpool tidak berbeda. Biaya besar dikeluarkan untuk mendatangkan Alisson Becker dan Virgil van Dijk sebagai dua pemain kunci di lini belakang. Rekrutmen kedua pemain tersebut meningkatkan status The Reds dari pesaing menjadi calon kuat juara.
Tentu kebijakan rekrutmen mereka secara keseluruhan patut dipuji, terutama dari segi analisis yang digunakan untuk menentukan pemain yang diincar. Tetapi kekuatan finansial yang dimiliki untuk melakukan pembelian tersebut juga tidak dapat dilupakan.
Pengeluaran gaji mereka untuk musim 2019/20 berada pada tingkat ketiga tertinggi di Liga Inggris, berada di belakang Manchester United dan Manchester City. Investasi manajemen Liverpool memberi hasil yang sepadan, dan sesuai dengan harapan yang ditetapkan.
1. Menjalani Musim dengan Keadaan yang Menguntungkan
Keberuntungan adalah faktor yang sering dibicarakan dalam kompetisi apapun. Perencanaan memang penting, tetapi terdapat berbagai faktor acak yang dapat merusaknya. Liverpool pada musim 2019/20 mendapat berbagai hal menguntungkan yang dapat disebut sebagai keberuntungan.
Permasalahan cedera yang minim sepanjang musim, konsistensi pemain-pemain yang melebihi ekspektasi, sampai lawan yang kehilangan poin dalam pertandingan-pertandingan penting. Tentu memanfaatkan keuntungan tersebut patut dipuji.
Tetapi, selain penundaan akibat pandemic COVID-19, perjalanan Liverpool pada musim 2019/20 sangat lancar di liga domestik.
Sedikit klarifikasi, poin ini, dan dua sebelumnya, bukan berarti meremehkan pencapaian Liverpool pada musim 2019/20. Keberhasilan ini pantas masuk dalam sejarah Liga Inggris.
Namun, dibandingkan dengan Bayern yang membalikkan keadaan pada paruh kedua musim itu, dan mendapatkan treble, apakah Klopp lebih pantas meraih penghargaan ini dibandingkan Flick?