OPINI: Chelsea Tidak Layak Disebut Sebagai Calon Juara Liga Inggris 2020/21

Wolverhampton Wanderers v Chelsea - Premier League
Wolverhampton Wanderers v Chelsea - Premier League / Michael Steele/Getty Images
facebooktwitterreddit

Chelsea menjadi salah satu klub besar Liga Inggris yang mendapat sorotan tinggi pada musim 2020/21. Klub yang bermarkas di Stamford Bridge itu mendatangkan sejumlah pemain baru yang meningkatkan kualitas skuad mereka secara signifikan. Setelah sempat mengalami permasalahan, The Blues mendapat harapan.

Rentetan hasil positif di Liga Inggris dan Liga Champions meningkatkan penilaian positif untuk skuad asuhan Frank Lampard. Namun dua kekalahan tandang beruntun dari Everton dan Wolverhampton Wanderers mengembalikan mereka ke realita.

Realita bahwa Chelsea masih tidak pantas disebut sebagai calon juara Liga Inggris, paling tidak untuk musim 2020/21.


4. Skema Permainan yang Bergantung dengan Sisi Sayap

Reece James dan Ben Chilwell menjadi kunci di sisi sayap Chelsea
Reece James dan Ben Chilwell menjadi kunci di sisi sayap Chelsea / Pool/Getty Images

Memiliki skema permainan yang dapat diterapkan secara konsisten adalah kunci bagi ambisi sebuah tim, tak terkecuali Chelsea. Frank Lampard sangat memahami ini setelah timnya tampil inkonsisten walau finis di peringkat keempat musim 2019/20. Lampard menekankan serangan dari sisi sayap dalam dua musim terakhir.

Menggunakan formasi 4-3-3 pada musim ini, Reece James sebagai bek kanan dan Ben Chilwell di sisi kiri menjadi dua pemain kunci. Ketika mendapat ruang dan kesempatan, kedua pemain itu memang dapat tampil gemilang.

Tetapi apabila satu atau keduanya dimatikan, maka Chelsea mendapat kesulitan yang luar biasa untuk membangun serangan. Apabila ingin benar-benar bersaing untuk mendapatkan gelar juara, ketergantungan terhadap James dan Chilwell harus dikurangi, semakin cepat semakin baik.


3. Kesalahan dalam Penggunaan Pemain-pemain Kunci

UEFA EURO 2020 qualifier group C"Germany v The Netherlands"
UEFA EURO 2020 qualifier group C"Germany v The Netherlands" / VI-Images/Getty Images

Timo Werner dan Kai Havertz menjadi dua rekrutmen Chelsea yang mendapat sorotan tinggi. Biaya dan persaingan yang tinggi dilewati untuk mendatangkan kedua pemain tersebut ke Stamford Bridge. Walau memiliki potensi yang tinggi, Werner dan Havertz belum dapat menunjukkan kemampuan terbaik mereka.

Permasalahan bagi kedua pemain itu tidak terkait dengan kemampuan mereka masing-masing. Penempatan posisi dan peran yang diberikan Frank Lampard tidak cocok dengan kekuatan terbaik mereka.

Werner dikenal sebagai penyerang di RB Leipzig yang mampu memanfaatkan celah di pertahanan lawan. Menempatkan Werner di sisi sayap, dan mempertahankannya di posisi tersebut bukan cara terbaik untuk memanfaatkannya.

Sedangkan Havertz lebih cocok dimainkan sebagai gelandang serang. Formasi 4-3-3 yang saat ini digunakan membuatnya tidak dapat bermain di posisi tersebut. Mengubahnya menjadi 4-2-3-1 atau 3-4-1-2 dapat menjadi solusi yang ideal.


2. Perbedaan Signifikan dalam Kecepatan Pengambilan Keputusan

Wolverhampton Wanderers v Chelsea - Premier League
Wolverhampton Wanderers v Chelsea - Premier League / Pool/Getty Images

Chelsea tidak berada dalam liga yang hanya diisi dua atau tiga tim yang memperebutkan gelar juara. Persaingan yang ketat membuka ruang untuk tim seperti Chelsea, namun di sisi lain tim-tim yang dominan juga memiliki keunggulan tersendiri. Kecepatan dalam pengambilan keputusan saat menjalani skema permainan menjadi kunci yang sangat penting.

Liverpool dan Manchester City sudah menerapkan ini dalam beberapa musim ketika mereka bersaing secara ketat. Jurgen Klopp dan Pep Guardiola sebagai manajer kedua tim tersebut mendapatkan waktu yang memadai untuk membuat pemain-pemain mereka seakan dapat mengambil keputusan secara otomatis dan dengan kecepatan tinggi.

The Blues belum memiliki tingkat permainan yang memadai dari aspek tersebut. Lampard membutuhkan waktu, tetapi Chelsea secara historis bukan klub yang memberi waktu jangka panjang kepada manajer-manajer mereka.


1. Frank Lampard yang Patut Dikritik Terkait Taktik dan Respon dalam Pertandingan

Everton v Chelsea - Premier League
Everton v Chelsea - Premier League / Clive Brunskill/Getty Images

Frank Lampard baru menjalani musim ketiga dalam karier kepelatihannya. Masih muda di tingkat tertinggi kepelatihan, ekspektasi tinggi sudah diketahui oleh manajer asal Inggris tersebut. Ekspektasi yang dirasakan oleh Lampard sekarang juga pernah dialami sepanjang kariernya sebagai pemain.

Terdapat kelemahan signifikan bagi Lampard dalam karier kepelatihannya sejauh ini. Menetapkan skema permainan yang ideal sudah dapat dilakukannya, tetapi reaksi ketika dihadapi dengan suasana yang membuatnya harus menerapkan kontra strategi belum dapat dilaksanakan dengan maksimal.

Kekalahan dari Everton dan Wolves memberi bukti bahwa manajer yang dapat membaca Lampard dapat mematikan taktiknya. Pemain harus beradaptasi dengan kondisi di dalam lapangan, begitu pula dengan manajer yang membangun taktik dan memberikan instruksi. Lampard harus segera memahami itu agar dapat meraih kesuksesan dengan Chelsea.