OPINI - Bruno Fernandes bak Oase di Tengah Gurun Situasi Transfer MU

Bruno Fernandes
Bruno Fernandes / Pool/Getty Images
facebooktwitterreddit

Semenjak ditinggal pensiun Sir Alex Ferguson pada 2013 Manchester United tak pernah lagi sama. Jangankan untuk kembali bersaing merebutkan titel Liga Inggris, masuk ke empat besar alias zona Liga Champions saja tidak konsisten terjadi tiap musim.

Inkonsistensi itu berujung dengan banyaknya pergantian manajer yang dimulai dari David Moyes, Ryan Giggs (interim), Louis van Gaal, Jose Mourinho, dan kini di bawah arahan legenda United, Ole Gunnar Solskjaer.

Solskjaer sudah tiga tahun kurang menangani MU dan tim tak jua meraih trofi, masih terjebak di 'lubang yang sama' dan berkutat dengan inkonsistensi performa di seluruh kompetisi, khususnya liga.

Segala macam penilaian mengenai MU hadir dari sorotan kepada manajemen, manajer, hingga skuad terkini. Tak lupa juga bursa transfer pemain. Berbicara mengenai transfer pemain yang dilakukan MU cukuplah unik.

Di kala klub-klub Eropa memiliki Direktur Olahraga yang menyeleksi target transfer klub, untuk kemudian berdiskusi dengan pelatih atau manajer, MU tak memilikinya. Ironis. Bahkan Direktur Olahraga Sevilla Monchi heran melihatnya.

"Saya sadar, United adalah klub yang sangat sukses mereka ada di urutan lima besar dunia tetapi mereka juga tidak punya orang secara spesifik di posisi ini (Direktur Olahraga)," tutur Monchi dikutip dari Goal.

"Saya juga melihat semakin banyak klub yang menyadari pentingnya posisi tersebut karena melihat adanya hubungan antara staf teknik, skuad, direksi. Kita melihat pasar, mendapat informasi melalui sejumlah pencarian bakat."

"Jadi sulit bagi saya untuk mengerti mengapa sebuah klub tidak memiliki seorang Direktur Olahraga. Secara logis saya meyakini pentingnya peran tersebut. Sangat penting," imbuh dia.

Melihat hal tersebut menjadi wajar jika transfer pemain yang dilakukan United terkesan asal pilih, memilih pemain karena tuntutan dari fans untuk mendatangkan amunisi anyar - namun sebetulnya tak diperlukan klub.

Memang klub sekaliber MU memiliki manajemen dan retorika yang tertata rapih - nyaris tidak mungkin mereka asal membeli pemain, seperti yang dituturkan CEO MU, Ed Woodward bahwa keputusan mendatangkan pemain datang dari Ole Gunnar Solskjaer, sementara Woodward menyediakan uangnya.

Akan tapi tanpa adanya Direktur Olahraga cukup sulit menyeleksi pemain dan merencanakan transfer jangka panjang. Alhasil beberapa rekrutan MU tak berjalan dengan baik alias tidak tampil bagus di klubnya.

Rekrutan-rekrutan itu terhitung selepas era Sir Alex Ferguson. Beberapa gagal dan beberapa bagus seperti Fred, Anthony Martial, Luke Shaw, Paul Pogba. Kendati mereka acapkali tak tampil konsisten namun bukti mereka masih ada di skuad terkini membuktikan peran penting mereka.

Akan tapi mereka tak bisa disalahkan karena inkonsistensi bermain juga datang dari permainan kolektif. Meski begitu jika harus menilai siapa rekrutan terbaik sejauh ini selepas era Sir Alex Ferguson maka nama itu adalah Bruno Fernandes.


Bruno Fernandes, Tak Sekedar Berkualitas

Bruno Fernandes menendang bola
Bruno Fernandes menendang bola / Pool/Getty Images

Memenangi perebutan atas klub Eropa lainnya MU mendapatkan servis Bruno Fernandes pada Januari 2020 sebesar 55 juta euro. Baru datang di tengah musim efeknya sudah luar biasa bagi klub.

Bukti itu bisa dilihat dari data Sky Sports. Pada paruh pertama musim 2019-2020 rata-rata poin United sebesar 1,4 poin per laga, dengan adanya Fernandes angka itu meningkat jadi 2,14 poin per laga.

United dibawa ke semifinal Liga Europa dan Fernandes jadi top skorer sebelum kalah oleh Sevilla. Catatan impresif itu berlanjut hingga musim ini.

Terhitung sejak debutnya pada Februari 2020 dengan MU Fernandes telah mencetak 28 gol dan memberikan 17 assists dari 52 penampilan, tidak ada pemain Liga Inggris yang berkontribusi untuk klub di seluruh kompetisi sepertinya dengan penciptaan peluang 136 kali.

Kualitas gelandang asal Portugal sebagai pengatur serangan tak perlu diragukan lagi. Menciptakan peluang mencetak gol, mencetak gol, mengambil eksekusi bola mati, visi bermain, dan operan bola akurat semuanya dimiliki Fernandes.

Tapi bukan itu saja yang diberikan Fernandes kepada MU. Pengalaman dan karakter yang dimilikinya menular kepada rekan setimnya di lapangan pertandingan.

"(Eric Cantona) masuk dan menyatukan kami semua. Dia adalah bagian yang hilang dalam teka-teki. Gol yang dia ciptakan, dia membuat semua orang meningkatkan permainan mereka. Saya pikir itulah yang telah dilakukan Fernandes (di MU)," ucap eks United, Paul Ince.

"Kadang-kadang Anda mungkin tidak melihatnya selama 25 menit tetapi dia selalu memiliki kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu yang ajaib pada waktu yang tepat."

"Apakah itu penalti, bola yang luar biasa, tendangan bebas, dia selalu memilikinya. jadi Anda tidak akan pernah bisa mengesampingkannya dari laga mana pun."

Fernandes juga menegaskan karakter pemimpin yang dimilikinya itu, karakter yang menular kepada rekan setimnya. "Selalu (Fernandes memiliki kepribadian yang kompetitif). Selalu. Saya benci kalah. Dalam segala hal," ucap Fernandes.

Performa MU memang belum sepenuhnya terlihat sebagai tim yang sudah siap memenangi titel juara, namun peningkatan itu ada sejak Fernandes datang. Dia salah satu rekrutan terbaik MU selepas era Ferguson.

Kini tinggal bagaimana rekan setimnya menyamai level dan ambisi rekan setim Cristiano Ronaldo di timnas Portugal itu. Mau bagaimana pun juga sepak bola permainan kolektif dan Fernandes butuh bantuan semua rekan setim untuk sukses di MU.