OPINI: Apakah Frank Lampard adalah Pelatih yang Tepat untuk Chelsea?

Frank Lampard
Frank Lampard / NEIL HALL/Getty Images
facebooktwitterreddit

Chelsea sudah menjalani 11 laga kompetitif di semua kompetisi pada musim 2020/21 sejauh ini. Saat ini mereka bercokol di posisi ke-7 klasemen Liga Inggris dengan torehan 12 poin dan memuncaki klasemen Grup E Liga Champions dengan koleksi 4 poin, unggul selisih gol dari Sevilla. Selain itu pasukan Frank Lampard sudah tersisih di arena Piala Liga Inggris setelah kalah dari Tottenham Hotspur di babak 16 besar.

Kompetisi musim 2020/21 masih sangat panjang, namun keraguan akan kapasitas seorang Lampard sebagai pelatih Chelsea terus dipertanyakan. Pria Inggris kelahiran 20 Juni 1978 itu sudah hampir satu setengah musim melatih di Stamford Bridge, namun performa Jorginho dkk di atas lapangan belum sepenuhnya meyakinkan dan konsisten. Kedatangan pemain-pemain seperti Timo Werner, Kai Havertz, Edouard Mendy, Thiago Silva, Ben Chilwell, dan Hakim Ziyech, sejauh ini belum bisa membuat Chelsea sebagai tim yang layak dijagokan menjadi juara.

Pertanyaan mengenai kelayakan Lampard untuk melatih Chelsea terus menjadi bahan perdebatan. Eks gelandang West Ham dan Manchester City itu memang belum bisa memberikan hasil yang sesuai dengn ekspektasi suporter. Akan tetapi ekspektasi suporter belum tentu sama dengan apa yang ditargetkan oleh pihak internal klub, dengan kata lain saat suporter berpikir tim mereka layak bersaing di jalur juara, hal serupa belum tentu ada di benak dewan klub.

Penunjukkan Frank Lampard Sejatinya Menunjukkan Status Chelsea Sebagai Tim yang Tidak Mempersiapkan Diri Menjadi Juara

Lampard ditunjuk menjadi pelatih Chelsea pada musim panas 2019 untuk menggantikan Maurizio Sarri yang saat itu hengkang ke Juventus. Penunjukkan ayah dari tiga putri itu cukup mengejutkan mengingat karier kepelatihannya baru berumur satu tahun saat ditunjuk sebagai pengganti Sarri. Lampard sebelumnya melatih Derby County, yang dibawanya ke final play off Divisi Championship untuk memperebutkan satu tiket promosi tersisa meski akhirnya takluk dari Aston Villa.

Memilih nama Lampard dianggap sebagai sebuah keputusan sentimentil mengingat yang bersangkutan merupakan seorang legenda besar klub karena masa bermainnya yang gemilang di SW6. Namun terlepas dari itu merupakan keputusan yang sentimentil atau bukan, Chelsea jelas menunjukkan bahwa mereka memang tidak ingin bermimpi terlalu tinggi di musim 2019/20. Menunjuk seorang pelatih yang baru merintis karier di dunia kepelatihan dengan segenap permasalahan yang dialami klub London Barat saat itu tak bisa dikatakan sebagai sebuah langkah strategis untuk mempersiapkan diri menjadi juara, setidaknya tidak dalam hitungan satu dua musim.

Chelsea kala itu kehilangan Eden Hazard, terkena hukuman larangan transfer yang awalnya berlaku dalam dua periode transfer sebelum dipotong menjadi satu periode saja, dan memiliki sebuah tim yang sebenarnya dibangun secara spesifik untuk memenuhi sistem permainan tertentu di bawah era Sarri dengan Jorginho sebagai inti permainan. Permasalahan terkait skorsing transfer pun membuat Chelsea kesulitan mencari seorang pelatih yang bersedia menangani N'Golo Kante cs.

Dengan segala permasalahan yang harus ditanggungnya sebagai seorang pelatih yang usia kariernya baru seumur jagung, Lampard, meski Chelsea tidak tampil stabil sepanjang musim dan kebobolan hingga 56 gol, berhasil mengakhiri musim 2019/20 dengan bercokol di posisi empat besar. The Blues juga menembus final Piala FA sebelum takluk di tangan Arsenal.

Posisi Lampard pun aman dari pemecatan meski Chelsea tampil naik turun, terutama setelah awal tahun 2020. Akan tetapi apakah dewan klub Chelsea memilih untuk mempertahankan Lampard karena The Blues berhasil masuk empat besar dan mendapatkan tiket Liga Champions atau karena mereka memang yakin betul bahwa Lampard adalah sosok yang tepat untuk mengembalikan kejayaan Chelsea?

Jika melihat situasi di awal penunjukkan Lampard, seharusnya jawabannya adalah pilihan pertama, karena Lampard berhasil mencapai sesuatu yang memuaskan petinggi Chelsea. Sebuah 'pencapaian' yang bahkan tidak segan untuk dirayakan melalui akun resmi media sosial mereka.

Apakah Pembelian Pemain Besar-Besaran di Musim Panas 2020 Menunjukkan Perubahan Pandangan Petinggi Chelsea Terhadap Lampard?

Jawabannya adalah belum tentu. Chelsea memang terkesan memanjakan Lampard dengan merekrut sejumlah talenta luar biasa seperti Hakim Ziyech, Kai Havertz, Timo Werner, Ben Chilwell, dan Edouard Mendy plus pemain dengan segudang pengalaman seperti Thiago Silva pada musim panas 2020. Akan tetapi, melihat bagaimana tabiat Chelsea sebagai sebuah klub yang doyan gonta-ganti pelatih begitu performa tim berantakan di atas lapangan dan hasil yang diberikan tidak memuaskan, sulit untuk melihat hal yang sama tidak terjadi pada Lampard.

Faktanya The Blues memang belum pernah menunjukkan pertanda bahwa mereka siap untuk melakukan apa yang bisa dilakukan oleh, misalnya, Liverpool saat mereka memilih Jurgen Klopp pada September 2016 silam. Memang, situasi kedua klub saat menunjuk Lampard dan Klopp tidak bisa dibandingkan begitu saja, terlebih reputasi keduanya saat masing-masing datang ke Stamford Bridge dan Anfield.

Klopp adalah pelatih yang terbukti telah sukses mematahkan dominasi masif Bayern Munchen di Bundesliga semasa melatih di Borussia Dortmund dengan persembahan dua gelar liga. Jadi ketika Liverpool hanya berakhir di posisi ke-8 liga pada musim pertamanya melatih di Merseyside, bisa dibayangkan keberhasilan Klopp bersama Dortmund lah yang membuat petinggi The Reds tetap yakin bahwa Klopp adalah sosok yang tepat untuk membawa Liverpool, seperti saat mereka memilih untuk menunjuknya menggantikan Brendan Rodgers.

Namun melewati masa hanya duduk di posisi ke-8, kalah di final Piala Liga dan Liga Europa, lalu kalah di final Liga Champions, bukanlah sebuah penantian yang menyenangkan. Liverpool telah melewati ujian kepercayaan mereka terhadap Klopp dan pria Jerman itu pun berhasil membayar lunas kepercayaan tersebut.

Sementara itu Chelsea dan Lampard belum melewati fase tersebut. Artinya, pria Inggris itu berpeluang dipecat kapan saja jika melihat kebiasaan klub London Barat itu selama ini. Tetapi, selama Super Frank bisa memenuhi target dan memuaskan petinggi klub, terlepas apakah dia bisa memuaskan suporter atau tidak, Lampard akan tetap duduk di pinggir lapangan kapan pun Jorginho cs beraksi.

Jadi penilaian apakah Lampard adalah pelatih yang tepat untuk Chelsea saat ini betul-betul bergantung pada pencapaian timnya semata. Apakah Chelsea saat ini sudah layak untuk disebut sebagai tim yang siap meraih gelar juara liga? Besar kemungkinan, petinggi Chelsea tidak berpikir seperti itu, setidaknya untuk saat ini. Bahwa alih-alih bicara soal meraih gelar, petinggi Chelsea sepertinya akan menilai apakah ada perkembangan signifikan dari hasil yang diraih tim musim lalu dengan yang diraih Timo Werner dkk musim ini yang membuat mereka bisa semakin ideal untuk siap menjadi juara musim depan.

Perubahan Besar Musim Lalu dan Musim Ini yang Harus Dihadapi Lampard

Seperti diketahui, Chelsea sudah mendatangkan cukup banyak pemain pada musim panas 2020. Ziyech, Werner, Silva, Havertz, Chilwell, dan Mendy keenamnya saat ini layak masuk ke tim inti Chelsea dengan kualitas yang mereka miliki. Ini tentu berarti Lampard setidaknya kini bekerja sama dengan enam pemain baru yang bisa mengisi lebih dari separuh posisi di atas lapangan.

Keenamnya sejauh ini belum pernah turun secara serempak sebagai starter dan hal ini bisa dimaklumi mengingat jadwal kompetisi yang rapat dan padat karena pandemi global membuat semua pelatih harus cerdik mengakomodasi semua pemain dalam skuat untuk menjaga kebugaran mereka.

Di sisi lain bekerja sama dengan enam pemain baru sekaligus juga bukan tugas yang mudah, terlebih jika kesemuanya menunjukkan diri layak berada di posisi starter. Lampard jelas berhadapan dengan komposisi tim yang sangat berbeda dan sebenarnya bisa sangat dipahami jika dirinya membutuhkan waktu untuk menemukan formasi yang tepat. Selain itu, pandemi korona menciptakan sebuah kondisi unik di mana semua klub tak memiliki waktu untuk menjalani masa pra musim yang ideal.

Ini tentu sebuah tantangan yang terasa berbeda untuk seseorang seperti Lampard yang baru menjalani tahun ketiga kepelatihannya. Bisa dikatakan era awal kepelatihannya berlangsung dalam situasi yang unik dan penuh tantangan yang tidak biasa.

Dari pandemi, larangan transfer, hingga perubahan komposisi skuat secara besar-besaran. Terlepas dari perdebatan apakah dirinya layak menjadi pelatih Chelsea atau tidak, kita tidak bisa memungkiri bahwa apa yang sedang dijalani Lampard saat ini tidak lah mudah untuk pelatih baru seperti dirinya.