Manajemen Manchester United Jadi Biang Keterpurukan Klub
Oleh Arief Hadi Purwono

Kekalahan telak 1-6 dari Tottenham Hotspur jadi aib untuk Manchester United di awal musim ini. Kekalahan tersebut tak hanya membuat kecewa para suporter, tetapi juga mantan pemain Setan Merah, Louis Saha.
Menurut mantan striker United tersebut ada yang salah pada klub yang bermarkas di Old Trafford tersebut. Saha menilai hal ini tak terbatas pada kapabilitas pemain atau pelatih saja, tetapi juga manajemen yang berada di balik layar.
Louis Saha is an angry man. This was his reaction to Man Utd's first half "performance" against Spurs.#StadiumAstro #PremierLeague #MUNTOT pic.twitter.com/5c2y89SKkI
— Stadium Astro (@stadiumastro) October 4, 2020
"Saya berbicara mengenai kemampuan klub untuk mencapai level yang lebih tinggi, United memiliki hal itu dalam DNA mereka. Ada sesuatu yang tidak beres pada manajemen klub. Ini bukan cuma soal manajer dan pemain, Mengapa mereka harus menunggu sampai menit-menit akhir untuk melakukan sesuatu (di bursa transfer)?” tegas Saha seperti dikutip dari Goal.
"(Ole Gunnar) Solskjaer di Manchester United, bukan Cardiff. (Jose) Mourinho juga sama sempat mengalami kesulitan, begitu juga (Louis) Van Gaal, dan (David) Moyes. Mereka adalah sosok yang memiliki kualitas namun kondisinya sama. Semua pihak harus disalahkan, bukan cuma pemain atau manajer, tetapi juga manajemen klub," tegas dia.
"I really would like to end my contract with Sky - I know you have to have some filter when you talk on TV." ?
— Sky Sports Premier League (@SkySportsPL) October 4, 2020
Patrice Evra's emotional post-match thoughts following #MUFC's 6-1 defeat to Spurs is a *MUST WATCH*! ?? pic.twitter.com/dEy4w5GJgD
Saha menyebut Liverpool dan Manchester City sebagai contoh nyata klub yang kini berada dalam trek yang benar. "Struktur tim harus stabil untuk bisa memenangkan liga dan berbagai trofi, Anda tidak boleh mudah goyah. Liverpool dan Manchester City telah membuktikannya. Anda tidak bisa hanya mengganti manajer saja dan mencari solusi baru setiap dua tahun. Itu takkan berhasil."