Kilas Balik Perjalanan Italia Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia 1990

Skuad Timnas Italia yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 1990
Skuad Timnas Italia yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 1990 / Alessandro Sabattini/GettyImages
facebooktwitterreddit

Piala Dunia 2022 yang akan diadakan di Qatar semakin dekat. Meskipun terdapat perubahan jadwal yang signifikan untuk edisi kali ini, Qatar sebagai tuan rumah mendapat sorotan tinggi akibat berbagai faktor. Sepanjang sejarah Piala Dunia, terdapat berbagai negara di berbagai benua yang diberi kesempatan menjadi penyelenggara.

Italia menjadi negara yang menyelenggarakan Piala Dunia pada 1990. Perjalanan Gli Azzurri pada turnamen ini mendapat ekspektasi tinggi. Tetapi pada akhirnya mereka tidak dapat menjadi juara. Jerman Barat mengangkat piala setelah mengalahkan Argentina pada babak final.

Berikut adalah kumpulan informasi seputar perjalanan Italia pada Piala Dunia 1990 dan turnamen itu secara keseluruhan.


4. Italia Menjuarai Grup A dengan Format yang Kini Sudah Tidak Digunakan

Andrea Carnevale, Nicola Berti
Italy menjuarai Grup A yang diisi oleh Cekoslovakia, Austria, dan Amerika Serikat / Simon Bruty/GettyImages

Sebagai tuan rumah, Italia masuk ke Grup A. Grup tersebut diisi oleh tiga peserta lain (dalam turnamen yang diikuti 24 tim secara keseluruhan). Ketiga peserta lainnya terdiri dari Cekoslovakia, Austria, dan Amerika Serikat.

Cekoslovakia juga patut disorot di grup ini, mengingat satu tahun setelah turnamen ini berakhir, Perang Dingin juga memasuki titik akhir, yang membuat negara itu terpecah menjadi Republik Ceska dan Slovakia (termasuk Uni Soviet yang terpecah menjadi beberapa negara lain).

Fase grup turnamen ini juga menggunakan format dua poin untuk tim yang meraih kemenangan (tim yang mendapat hasil imbang tetap mendapat satu poin, sama seperti yang digunakan sejak 1992 hingga kini).

Peraturan lain yang tidak digunakan setelah turnamen ini adalah memberi umpan yang dapat ditangkap langsung oleh penjaga gawang. Sejak 1992 hingga kini, seorang kiper tidak dapat menangkap bola (dengan tangannya) ketika mendapat umpan dari rekan satu timnya.

Peraturan ini dipandang sebagai salah satu faktor yang membuat Piala Dunia 1990 dan berbagai laga di era tersebut berlangsung membosankan mengingat tempo yang lambat terjadi di berbagai kesempatan akibat pemain dapat mengembalikan bola ke kiper ketika ditekan lawannya.


3. Komposisi Skuad Italia

Gianluca Vialli, Riccardo Ferri, Francesco Rocca, Sergio Brighenti, Azeglio Vicini, Giancarlo De Sisti, Aldo Serena, Paolo Maldini, Salvatore Schillaci, Ciro Ferrara, Giuseppe Giannini, Stefano Tacconi, Walter Zenga, Gianluca Pagliuca, Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, Giuseppe Bergomi, Pietro Vierchowod, Andrea Carnevale, Fernando De Napoli, Giancarlo Marocchi, Roberto Mancini, Nicola Berti, Franco Baresi, Roberto Baggio, Luigi De Agostini
Keseluruhan pemain dan staff kepelatihan Timnas Italia / Alessandro Sabattini/GettyImages

Piala Dunia 1990 menjadi kompetisi interkontinental kedua terakhir sebelum Peraturan Bosman (yang mulai berlaku pada 1995). Komposisi skuad Italia pada turnamen ini patut disorot. Azeglio Vicini sebagai pelatih utama memilih 22 pemain yang seluruhnya bermain di Serie A.

Skuad Italia saat itu diisi oleh pemain-pemain yang mungkin Anda kenal kini mengisi posisi manajemen. Carlo Ancelotti, Paolo Maldini, Roberto Mancini, hingga Gianluca Vialli. Pemain-pemain legendaris lainnya seperti Roberto Baggio, Franco Baresi, dan Walter Zenga juga berada di dalam skuad itu.

Terdapat cukup banyak pemain yang memiliki puluhan penampilan di tingkat senior Timnas Italia. Tetapi pemain yang mendapat sorotan tinggi sepanjang turnamen adalah Salvatore ‘Toto’ Schillaci. Pemain yang berposisi sebagai penyerang itu baru mencatatkan satu penampilan di tingkat senior, dan kemudian berhasil menjadi bintang dan terpilih menjadi pemain terbaik pada turnamen ini.


2. Sinar Salvatore Schillaci Dihentikan Argentina

Salvatore Schillaci
Salvatore 'Toto' Schillaci terpilih menjadi pemain terbaik pada turnamen ini / Alessandro Sabattini/GettyImages

Timnas Italia menyingkirkan Uruguay dan Republik Irlandia pada babak 16 besar dan perempat final. Toto Schillaci menjadi sosok penting dalam dua kemenangan tersebut. Schillaci mencetak gol pembuka dalam kemenangan 2-0 atas Uruguay, dan penentu kemenangan atas Republik Irlandia.

Berhadapan dengan Argentina pada babak semifinal, Schillaci mencegak gol pembuka pada pertandingan tersebut. Tetapi gol penyeimbang dari Claudio Caniggia membuat laga berlanjut ke babak perpanjangan hingga adu penalti.

Kegagalan Roberto Donadoni dan Aldo Serena memastikan La Albiceleste lolos ke babak final. Diego Maradona, yang menjuarai Serie A musim 1989/90 dengan Napoli, menjadi penentu dalam adu penalti tersebut.

Walau gagal pada tahap semifinal, Schillaci tidak berhenti memberi kontribusi. Ia mencetak gol penalti yang memastikan Italia menang atas Inggris dalam perebutan juara ketiga dengan skor akhir 2-1.


1. Mengenang Keseluruhan Piala Dunia 1990

Lothar Matthaeus, Pierre Littbarski
Jerman Barat keluar sebagai juara dalam turnamen terakhir sebelum menyatu dengan Jerman Timur / STAFF/GettyImages

Jerman Barat (dalam turnamen terakhir sebelum menyatu dengan Jerman Timur), keluar sebagai juara setelah mengalahkan Argentina dengan skor 1-0 berkat penalti Andreas Brehme. Turnamen ini dipandang sebagai salah satu edisi terburuk dalam sejarah Piala Dunia dari segi hiburan.

Terdapat rata-rata 2,21 gol per pertandingan, rekor gol terendah yang masih bertahan hingga kini. Selain itu terdapat 16 kartu merah dalam keseluruhan turnamen, jumlah itu menjadi yang tertinggi dalam Piala Dunia yang diikuti oleh 24 negara.

Pertandingan final, untuk pertama kalinya, juga mencatatkan tidak hanya satu, tetapi dua kartu merah (Gustavo Dezotti dan Pedro Monzon).

Tetapi aspek positif yang muncul dari turnamen ini juga tidak dapat dikesampingkan. Inggris mencapai babak semifinal dan berhasil membangkitkan sepak bola domestik yang tertahan cukup lama akibat permasalahan di dalam lapangan dan di dalam kalangan penonton.

Keberhasilan Kamerun mencapai babak perempat final menjadi simbol dari peningkatan performa negara-negara yang berasal dari Benua Afrika.