Kevin-Prince Boateng Berbicara soal Rasisme dan Bagaimana Cara Menghadapinya

Kevin-Prince Boateng
Kevin-Prince Boateng / Gabriele Maltinti/Getty Images
facebooktwitterreddit

Pada 2013, Kevin-Prince Boateng jadi berita utama di seluruh dunia saat masih bermain untuk AC Milan. Tiba-tiba saja ketika menjalani laga persahabatan melawan klub divisi bawah Pro Patria, Boateng keluar dari lapangan karena mendapatkan pelecehan rasial dari suporter Pro Patria.

Dikomandoi kapten Milan saat itu, Massimo Ambrosini, para pemain Milan memilih untuk tinggalkan lapangan dan mengakhiri pertandingan sebagai bukti dukungan kepada Boateng. Sementara Boateng setelah peristiwa itu diangkat menjadi Duta Besar FIFA untuk anti diskriminasi.

Kembali ke masa sekarang, Boateng teringat akan peristiwa tersebut dan menyambungkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di 2020 di seluruh dunia dengan mengatakan bahwa semua itu (pelecehan rasial) bisa hilang dari sepakbola, asalkan adanya dukungan dari semua pihak, apapun rs mereka.

"Begitu saya keluar dari lapangan (melawan Pro Patria), banyak yang kemudian berdiri dan memberikan aplaus kepada saya, dan kemudian, ini.... Ini yang paling penting dari semuanya adalah semua rekan setim saya ikut keluar lapangan," kata Boateng mengingat peristiwa tersebut dan menceritakannya kembali ke The Players' Tribune.

"Tidak hanya yang berkulit hitam, tapi semuanya. Saya masih merinding kalau mengingat peristiwa itu. Ketika saya ke ruang ganti, saya langsung membuka jersey saya sambil menunjukkan bahwa saya tidak ingin kembali bermain."

"Wasit kemudian datang dan bertanya kepada kami "apakah kalian ingin lanjut bermain?" saat itulah Ambrosini membela saya dan berkata "Jika Prince tidak bermain, maka tidak satu pun dari kami yang akan kembali (bermain).""

Kevin-Prince Boateng

Tidak berlanjutnya pertandingan tersebut, meski hanya persahabatan, menarik perhatian dunia sepakbola, dan Boateng pun ditunjuk oleh FIFA untuk membantu menyingkirkan rasisme di pertandingan.

"Semua itu tidak terjadi karena seorang kulit hitam keluar dari lapangan. Tidak. Tapi karena sekelompok kulit putih itu keluar lapangan dengannya. Itulah pesan yang mengubah dunia," kata Boateng.

Boateng, yang saat ini berusia 33 tahun, dan sudah bermain di empat dari lima liga top Eropa memahami bahwa memerangi rasisme bukanlah tugas komunitas kulit hitam, melainkan tugas semua orang. Dan orang yang memiliki jabatan dan wewenang tinggi lebih bisa berbuat lebih agar perubahan itu terjadi.

"Saat ini, gerakan Black Lives Matter memiliki banyak kekuatan, tapi kami tidak bisa melakukannya sendiri. Karena kulit putih lah yang mengatur dunia ini. Mereka juga yang bisa menghapus sistem rasisme ini."

"Tapi apabila mereka tetap menganggap remeh kami. Kami tidak punya pilihan. Beberapa orang mengatakan 'ya, tapi all lives matter'. Ya, tentu semua kehidupan penting. Tapi komunitas kulit hitam sedang "terbakar" (menderita). Jadi apabila rumah saya terbakar dan rumah Anda baik-baik saja, rumah siapa yang paling penting (untuk diselamatkan) saat ini?

"Jadi bantulah saya memadamkan api tersebut."


Baca artikel selengkapnya dari Kevin-Prince Boateng di The Players' Tribune