Ketika Diego Maradona Nyaris Bergabung dengan Sheffield United
Oleh Nanda Febriana
Dunia sepak bola dikejutkan dengan kabar duka pada 25 November 2020 malam WIB. Legenda sepak bola Argentina Diego Armando Maradona menghembuskan nafas terakhirnya setelah terkena serangan jantung.
Semasa hidupnya Diego Maradona dianggap sebagai pemain terbaik dunia pada era 80-an dan hingga kini perdebatan mengenai siapa yang lebih baik di antara dirinya, Pele, Lionel Messi, dan Cristiano Ronaldo masih terus berlangsung.
Namun jarang seorang pemain mampu membawa kesuksesan untuk timnya seperti yang dilakukan Maradona, baik di level internasional maupun klub. Perannya untuk tim nasional Argentina di Piala Dunia 1986 tak bisa terelakkan, begitu halnya dengan kontribusinya untuk Napoli.
Karier sepak bola Maradona terbentang selama 21 tahun dan selama dua dekade tersebut dia telah membela beberapa klub seperti Argentinos Juniors, Boca Juniors, Barcelona, Napoli, Sevilla, Newell's Old Boys sebelum akhirnya kembali ke Boca.
Barcelona menjadi klub Eropa pertama yang dibelanya dan di sana dia kesulitan untuk berkembang setelah mengalami patah engkel akibat tekel yang dilakukan pemain Bilbao, Andoni Goikoetxea. Pada saat itulah kecanduan dirinya terhadap obat-obatan bermula.
Kepindahannya ke Napoli pada 1984 secara tak terduga menghasilkan dua gelar Serie A, sekaligus menjadikan I Partenopei sebagai klub asal selatan Italia yang berhasil mencapai prestasi tersebut. Selain itu dia juga mempersembahkan Coppa Italia dan Piala UEFA.
Sementara dalam dunia sepak bola internasional, kegemilangan seorang Maradona sudah dimulai pada 1977 saat usianya barus menginjak 16 tahun. Sayangnya pada Piala Dunia edisi 1978 dirinya tidak dibawa oleh pelatih Cesar Menotti yang menganggapnya masih terlalu muda kala itu dan Maradona pun baru bisa berlaga dan bersinar di Piala Dunia 1982.
Pada edisi 1986 Maradona berhasil membawa negaranya untuk menjuarai Piala Dunia dengan sebuah performa individual yang amat menonjol yang pernah diberikan seorang pemain dalam turnamen ini, serta membawa Tim Tango menembus final empat tahun berselang.
Dalam kariernya yang begitu gemilang sebagai seorang pesepak bola, tak banyak yang tahu bahwa Maradona sebenarnya pernah nyaris bergabung dengan salah satu klub Inggris pada 1978. Bukan dengan Liverpool atau Nottingham Forest yang saat itu dominan di Eropa dan Inggris, melainkan Sheffield United yang kala itu terdegradasi ke Divisi Dua.
Versi yang paling banyak diceritakan mengenai hal ini bermula ketika manajer the Blades saat itu, Harry Haslam, melakukan perjalanan ke Argentina untuk mencari pemain berbakat di negeri tersebut. Dia kemudian menemukan Maradona dan dengan cepat membuat kesepakatan sang pemain yang kala itu baru berusia 17 tahun itu dengan harga 200 ribu pound.
Sayangnya transfer yang diharapkan bisa terjadi malah gagal karena dewan klub Sheffield United tak memiliki uang untuk merekrut Maradona. Sheffield United akhirnya justru merekrut pemain Argentina lainnya, Alejandro Sabella, yang berusia 23 tahun dan menghabiskan dua tahun di Bramall Lane. Musim pertamanya dilalui dengan membawa The Blades terdegradasi ke Divisi Tiga, sebelum pindah ke Leeds, dan kembali ke Argentina.
Penyerang veteran Pedro Verde, rekan satu tim Sabella di River Plate, juga bergabung pada 1979.
Namun, sebuah versi cerita yang berbeda dan bahkan lebih menarik beredar baru-baru ini setelah staf senior klub the Blades John Garrett kepada Yorkshire Live awal tahun ini.
Menurut penuturan Garrett perjalanan pelatih Sheffield ke Argentina sebenarnya adalah usaha patungan antara klubnya dengan Tottenham, yang saat itu juga tengah mencari pemain.
Garrett menyebut bahwa Sabella sebenarnya bukanlah pemain pengganti untuk Maradona yang gagal didapatkan klubnya. Kesepakatan dengan River Plate untuk merekrut dirinya dan Verde saat itu sudah terjadi. Sheffield United sudah memiliki kontak di Argentina berkat pelatih Oscar Arce, yang pernah bermain untuk Aston Villa satu dekade sebelumnya.
Selain Sabella dan Verde, the Blades bahkan diperkirakan juga ingin merekrut pemain juara Piala Dunia Osvaldo Ardiles dan Ricardo Villa. Tetapi dalam percakapan dengan dewan klub Spurs di pesawat menuju Amerika Selatan, merekak abarnya memutuskan untuk mengundurkan diri, yang kemudian membuka jalan bagi kedua pemain itu untuk menjadi legenda di White Hart Lane.
Barulah kemudian The Blades bertemu dengan Maradona, namun harga sang pemain sebenarnya bukan 200 ribu pound seperti yang banyak disebutkan. Garrett mengklaim haraga Maradona saat itu sebenarnya hanya 150 ribu pound dan Sheffield United tampak tidak keberatan dengan angka tersebut.
Masalah kemudian muncul ketika Haslam mendapatkan kunjungan tak terduga di kamar hotelnya pada malam kesepakatan itu dibuat. Sosok yang mengunjungi kamar Haslam saat itu adalah seorang polisi militer mewakili rezim junta militer yang kontroversial di Argentina saat itu, yang bertanggung jawab atas 'hilangnya' hampir 9.000 orang dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya.
Mereka meminta Sheffield United untuk memberikan uang sebesar 150 ribu pound sebagai bayaran untuk mengizinkan Maradona meninggalkan negara itu. Tentunya uang sebesar 300 ribu pound untuk mendapatkan seorang Maradona yang belum teruji saat itu bisa dinilai terlalu besar, akan tetapi kegagalan legenda Argentina itu mendarat di Sheffiled United bisa dikatakan lebih dikarenakan adanya campur tangan politik dan kewajiban untuk menyuap sebuah rezim militer.