Jalan Terjal Egy Maulana Vikri Menuju Eropa
Oleh Nadia Hutami
Nama Egy Maulana Vikri mulai mencuat ketika dia masuk dalam daftar 60 Pemain Muda Terbaik versi Guardian pada 2017. Saat itu Egy disandingkan dengan nama-nama seperti Erling Haaland, Callum Hudson-Odoi, dan Vinicius Junior. Tentunya sebagai warga negara Indonesia kita sangat bangga karena Egy satu-satunya wakil dari Asia Tenggara yang masuk ke daftar tersebut.
Egy memang cukup bersinar bersama Timnas U19, bakatnya dikenal dunia internasional saat Indonesia mengikuti Turnamen Touloun yang diadakan di Prancis pada 2017. Meski Indonesia tidak lolos, dan berada di dasar klasemen grup, tapi Egy meraih penghargaan Jouer Revelation Trophee, award yang sebelumnya juga pernah diraih pemain sekelas Zinedine Zidane dan Cristiano Ronaldo.
Tak hanya itu, dia juga jadi top skorer di Piala AFF U19 pada 2017 dan mengantarkan Indonesia meraih juara ketiga dengan mengalahkan Myanmar 7-1.
Prestasinya di lapangan pun membuatnya diminati beberapa klub Eropa dan Asia sampai akhirnya dia memilih bergabung dengan Lechia Gdansk pada 2018. Keputusannya cukup mengejutkan karena nama Lechia Gdansk kurang dikenal warga Indonesia, apalagi klub tersebut berada di Polandia. Banyak pihak ragu Egy bisa beradaptasi dengan baik di sana.
Dalam salah satu seri video dengan Rakuten Sports, Egy berbicara mengenai keputusannya memilh Lechia Gdansk.
Ternyata ada keputusan tersendiri bagi Egy untuk memilih Lechia Gdansk. "Alasan saya memilih Lechia Gdansk adalah karena orang-orang di sini yang membuat saya nyaman. Mereka menyambut saya dengan baik. Karena bagi saya di mana pun kamu bermain, kalau kamu tidak nyaman, kamu tidak bisa mengeluarkan permainan terbaik kamu."
Tentunya bermain di Eropa dan di negara jauh seperti Polandia memiliki tantangan tersendiri. Bagi seorang Egy, dia ingin menunjukkan bahwa pemain Indonesia juga bisa bermain di Eropa. Maklum saja, hingga saat ini belum ada pemain Indonesia yang benar-benar sukses bermain di Eropa dan Egy pun berharap bisa mengubah pandangan tersebut.
"Banyak talenta-talenta di Indonesia yang merasa mereka tidak bisa bermain di Eropa, dan juga kurang mampu untuk bermain di Eropa, dan saya ingin membuka harapan kalau kami bisa bermain di (negara) mana pun, khususnya di Eropa."
Tapi tidak semua pihak merasa bangga dengan perginya Egy ke Eropa. Banyak yang mencibir dan meremehkan Egy, dengan mengatakan dia masih belum layak untuk bermain di Lechia Gdansk. Pemain yang lahir dan besar di Medan ini pun tidak ambil pusing atas komentar-komentar miring yang didapatinya.
"Bagi yang mengikuti (perkembangan, red) saya dari awal, tentunya tahu bahwa saya bukan dari keluarga yang wah, saya hanya seseorang yang berasal dari kampung, yang mempunyai mimpi besar, pastinya saya selalu kerja keras, memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara saya."
Bermain di Eropa Membuat Karakter Egy Jadi Lebih Kuat
JIka ada yang mengira Egy pergi ke Eropa bersama keluarga atau ditemani oleh sang kakak, maka Anda salah besar. Karena Egy tinggal seorang diri di kota Lechia tanpa ada keluarga yang menemani. Tentu saja semua ini sangat berat bagi Egy, apalagi usia masih muda, masih 20 tahun.
Padahal agen Egy, Dusan Bogdanovic, sempat menjanjikan akan mendatangkan kakak Egy, Yusrizal Muzzaki tapi janji itu tidak kunjung tiba. Usut punya usut, Dusan sengaja tidak berangkatkan Yusrizal ke Polandia saat itu, demi kebaikan Egy sendiri.
"Semua ini bukan hanya tentang om Dusan berbohong ke saya, karena semuanya demi kebaikan saya sendiri, dan semua itu saya jadikan motivasi dari saya untuk om Dusan agar saya lebih mandiri."
Untungnya Egy tidak perlu menunggu-nunggu lama kehadiran keluarga, karena 90min memberikan kejutan ke Egy dengan memboyong Yusrizal ke Gdansk. "Saya sangat senang, ini kejutan buat saya karena sebelumnya belum pernah ada keluarga yang jenguk saya (selama di Polandia)." Meski hanya lima hari Yusrizal berada di Lechia tapi semua itu memberikan motivasi lebih bagi Egy.
Bagi Egy, keluarga memang segalanya, dia dekat dengan kedua orang tuanya. Baginya dukungan mereka sangatlah berarti, kendati saat ini dia jauh dari keluarga besar. "Orangtua dan orang-orang yang sayang sama saya selalu mendukung saya, bagaimanapun keadaan saya mereka selalu ada buat saya."
"Saya senang banyak yang berharap sama saya, mereka mendukung saya selama ini, memberi saya motivasi. Karena terkadang kalau kita sedang sendiri dan merasa "aaah kayak gini-gini terus", motivasi dari keluarga inilah yang membuat kita berpikir, tujuan kita ke sini (Lechia Gdansk) untuk apa. Saya harus tetap semangat dan ingat apa semua ini kita bekerja keras."