Hilangnya Kontrol Jadi Alasan Man City Gagal ke Final Liga Champions
Oleh Arief Hadi Purwono

Manchester City dan Pep Guardiola kembali gagal mewujudkan ambisi untuk memenangi Liga Champions. Man City disingkirkan oleh Real Madrid di leg dua semifinal yang dihelat di Santiago Bernabeu, Kamis (05/05) dini hari WIB.
Guardiola kini sudah melalui 11 tahun tanpa gelar Liga Champions. Pelatih asal Spanyol itu kehabisan kata-kata untuk menggambarkan laga melawan Madrid, setelah City kalah 1-3 dari dua gol Rodrygo Goes (90', 90+1') dan Karim Benzema (95' penalti) yang membalas gol Riyad Mahrez (73'). City kalah agregat gol 5-6.
In 2019, Pep Guardiola agreed that he was a 'lucky guy' in Barcelona when asked why he hasn't been able to win the Champions League without Messi, Xavi, Iniesta.
— ESPN FC (@ESPNFC) May 4, 2022
It's been over 10 years since his last Champions League triumph ? pic.twitter.com/d5rHJnoCNT
“Selama sebagian besar pertandingan, tim memiliki kendali. Kami bermain bagus, kami memiliki peluang bagus dengan Jack (Grealish). Memang benar bahwa mereka memberi perasaan bahaya secara umum. Mereka menyelesaikannya dengan empat penyerang dan (Eder) Militao," terang Guardiola dikutip dari Football-Espana.
“Saya telah menderita kekalahan yang sangat berat di Liga Champions, seperti saat melawan Chelsea dengan Barca. Kami sangat dekat. Di babak pertama kami kesulitan, tetapi di babak kedua lebih baik. Pada akhirnya kami tidak mengontrol laga."
Pep Guardiola will be haunted by this capitulation for the rest of his life | @oliverbrown_tel at the Bernabeuhttps://t.co/Mt4wXYy3YT
— Telegraph Football (@TeleFootball) May 4, 2022
Terlepas dari kegagalan City lolos ke final, Guardiola cukup puas dengan performa timnya dengan kurangnya penyelesaian akhir yang klinikal.
“Terlepas dari momen-momen terakhir, kami brilian. Tapi ini tentang gol dan mereka mencetak satu gol lagi," imbuh Guardiola.
“Sebelum gol pertama kami tidak mengalami serangan dari Madrid. Mereka telah melakukannya berkali-kali sepanjang sejarah, tetapi kami tidak merasa tercekik. Ketika kami memainkan sepak bola terbaik kami, mereka kembali," urai dia.