OPINI: Walau Kecewa, Chelsea Mengambil Keputusan Tepat dengan Memecat Frank Lampard
Oleh Amanda Amelia
Chelsea memang berhasil menutup musim 2018/19 melebihi target, bersama Maurizio Sarri, klub asal London tersebut berhasil memenangkan Europa League dan finis di posisi tiga.
Walau menutup musim dengan kesuksesan, situasi klub nampaknya jauh dari kata kondusif, terlebih di sepanjang musim terjadi 'perpecahan' di antara para penggemar, mereka terbagi menjadi dua kubu, mendukung Sarri atau berharap eks pelatih Napoli tersebut dipecat.
Usai mengakhiri kerja sama dengan Sarri, The Blues memutuskan untuk mengangkat Frank Lampard sebagai pelatih anyar. Pria berusia 42 tahun itu menandatangani kontrak selama tiga musim sampai tahun 2022.
Musim perdana Lampard dapat dikatakan berjalan dengan baik di tengah sanksi embargo transfer dan tak bisa menambah kekuatan skuad, dia memilih untuk memberikan banyak kesempatan bermain bagi para pemain muda, terutama yang berasal dari akademi. Jika sebelumnya mereka lebih banyak dipinjamkan, hal berbeda terjadi di era kepelatihan Lampard, nama-nama seperti Mason Mount, Tammy Abraham, dan Reece James sukses mengamankan satu tempat di starting XI.
Walau sempat inkonsisten, akhirnya Chelsea tetap mampu memenuhi target yang sudah ditetapkan, yakni mengakhiri musim di posisi empat yang otomatis membuat mereka mengamankan satu tempat di Liga Champions.
Bukan hanya itu, Cesar Azpilicueta dkk juga sukses melaju ke final Piala FA, sayang di partai puncak, mereka takluk dari Arsenal.
Ekspektasi tinggi disematkan pada Chelsea dan Frank Lampard di musim kedua, usai menjalani sanksi embargo transfer, Roman Abramovich tak sungkan mengeluarkan dana yang mencapai 200 juta poundsterling untuk merekrut tujuh pemain, antara lain Hakim Ziyech, Timo Werner, Ben Chilwell, Thiago Silva, Edouard Mendy, Malang Sarr, dan Kai Havertz.
Hadirnya ketujuh nama di atas tentu membuat saya sebagai penggemar merasa senang dan tak sabar menanti aksi The Blues di musim 2020/21, sempat tampil meyakinkan di awal dan tak terkalahkan dalam 16 pertandingan beruntun, performa tim mulai terlihat menurun di bulan Desember, Mateo Kovacic dkk hanya meraih tiga kemenangan dari delapan laga.
Situasi ini tentu mulai membuat posisi Frank Lampard sebagai pelatih mulai mengundang tanda tanya, tim seperti mulai kebingungan dengan taktik dan strategi yang digunakan mantan pelatih Derby County itu. Tak jarang dia juga menaruh pemain bukan pada posisi aslinya. Timo Werner yang posisi aslinya merupakan penyerang tengah, seringkali ditaruh sebagai penyerang sayap kiri. Pemain asal Jerman itu pun sedikit mengeluhkan keputusan sang mantan pelatih.
"Saya dipasang sebagai penyerang sayap kiri dan itu bukan posisi asli yang biasa ditempati. Saya perlu kedalaman lapangan untuk menggunakan kecepatan yang dimiliki. Saya suka bermain (sebagai penyerang tengah) dan sebelumnya menempati posisi nomor 9,5, sementara Lampard menempatkan saya di posisi nomor 11"
- Timo Werner
Menempati posisi delapan klasemen sementara dan menelan lima kekalahan di Liga Inggris dari delapan pertandingan membuat kesabaran dewan klub sudah habis. Tepat 24 jam pasca Chelsea meraih kemenangan kontra Luton Town di Piala FA atau pada Senin (25/1), mereka mengambil keputusan untuk mengakhiri kerja sama dengan pelatih asal Inggris itu.
Walau banyak pihak yang merasa terkejut dengan kabar pemecatan Lampard, keputusan pihak klub, khususnya Roman Abramovich sebagai pemilik nampaknya merupakan hal yang lumrah, terlebih kita semua tahu bahwa sejak mengambil alih The Blues pada tahun 2003, dia memang sosok yang tak sungkan untuk memecat pelatih andai klubnya itu tampil buruk. Total sudah ada 14 pelatih--termasuk Frank Lampard yang menduduki kursi panas di Stamford Bridge.
Ya, tentu saja saya sempat merasa kecewa dengan keputusan yang diambil dewan klub, terlebih Lampard juga merupakan seorang legenda, sosok yang dicintai para penggemar sekaligus top skorer sepanjang masa The Blues, namun keputusan untuk memecat pria yang juga sempat berkarier di AS bersama New York City FC tersebut bisa dikatakan sebagai langkah tepat.
Mengapa tepat? Ternyata cukup banyak 'masalah' yang terjadi di tahun kedua Lampard melatih Chelsea, dimulai dari jumlah pemain yang terlalu banyak--dan hal tersebut membuat kondisi skuad tidak kondusif, perlakuan pelatih kelahiran Romford, Essex, tersebut pada beberapa pemain yang tak masuk dalam skema permainannya juga sungguh tak terduga.
Antonio Rudiger sering kali dicoret dari skuad utama dan baru diturunkan kala timnya berlaga di Piala Liga atau Piala FA, sementara Marcos Alonso tak pernah lagi ambil bagian pasca tampil buruk dan hanya bermain selama 45 menit di pertandinngan kontra West Brom, 26 September silam, kala itu mereka bermain imbang 3-3 setelah sebelumnya tertinggal 3-0 di paruh pertama.
Beredar kabar jika Lampard memarahi pemain asal Spanyol tersebut di hadapan rekan-rekan setimnya yang lain karena enggan menonton sisa pertandingan di bangku cadangan, dia memilih untuk duduk di dalam bus hingga laga usai.
Bukan hanya itu, hubungan Lampard dengan dewan klub juga disebut tak lagi harmonis, terungkap bahwa Lampard sebenarnya masih ingin berbelanja pemain walau sudah ada tujuh pemain yang direkrut. Dirinya ingin mendatangkan bek Burnley, James Tarkowski dan kapten West Ham, Declan Rice--khusus nama terakhir, Lampard tak sungkan untuk mengungkapkan keinginannya di hadapan publik, hal ini diklaim jadi salah satu pemicu mulai memburuknya hubungan dengan direktur klub, Marina Granovskaia.
Sejak awal penunjukkan Frank Lampard sebagai pelatih Chelsea di musim 2019/20 memang cukup mengejutkan, terlebih dia juga baru semusim berkecimpung di dunia kepelatihan, yakni menukangi Derby County, meski di musim perdana dia juga sukses mengantarkan The Rams ke final playoff.
"Sejujurnya saya merasa sangat terkejut dengan penunjukkan Frank Lampard sebagai pelatih Chelsea. Ya, dia memang memperlihatkan kinerja yang bagus di Derby County dan mengantarkan mereka ke babak playoff, tetapi hal tersebut belum cukup. Dalam lima musim terakhir, Derby tiga kali lolos ke playoff, sepertinya akan lebih baik jika Lampard tetap di sana dan membantu mereka kembali promosi ke Liga Inggris"
- Dennis Wise
Kini, Chelsea baru saja memulai era baru di bawah arahan Thomas Tuchel, namun masih ada segelintir pihak yang terlihat skeptis dan bahkan berharap jika pelatih asal Jerman itu bakal gagal di Inggris. Hentikanlah, karena sebagai penggemar, bukanlah sudah menjadi tugas kita untuk terus mendukung tim kesayangan dan berharap jika Chelsea akan kembali tampil bagus?
Sebelumnya, kita semua sudah mengalami semacam ini berulang kali, namun pada akhirnya The Blues kembali bangkit dan bahkan jadi klub Inggris tersukses dalam satu dekade terakhir dengan koleksi 11 trofi.