Bagaimana Chelsea Dapat Bersaing di Papan Atas dalam Era Kepemilikan Baru
Oleh Dananjaya WP
Era baru kepemilikan di Chelsea akhirnya dimulai pada Senin (29/5). Setelah melalui proses yang dipenuhi berbagai spekulasi selama kurang lebih tiga bulan, konsorsium Todd Boehly-Clearlake Capital akhirnya menyelesaikan akuisisi Chelsea dari Roman Abramovich.
Berakhirnya proses akuisisi ini memastikan Chelsea dapat beroperasi secara normal. Perhatian diarahkan kepada proses rekrutmen dan negosiasi kontrak di tim senior pria, walau komitmen juga sudah diberikan untuk investasi di seluruh tingkat klub.
Walau berakhirnya proses akuisisi memberikan kebahagiaan terhadap cukup banyak suporter The Blues, manajemen baru di klub London Barat itu harus langsung berjuang keras agar dapat bertahan di papan atas, terutama di Liga Inggris.
Kali ini kami akan membahas bagaimana manajemen baru di Chelsea dapat meningkatkan kinerja dan memperbaiki performa dalam beberapa tahun terakhir agar dapat bertahan di papan atas dalam segala tingkat.
4. Mempertahankan Prioritas untuk Akademi
Chelsea termasuk dalam salah satu klub top di Liga Inggris dan Eropa yang memiliki akademi berkualitas tinggi. Mungkin hal ini baru terlihat dalam beberapa tahun terakhir dengan kehadiran pemain-pemain seperti Mason Mount, Andreas Christensen, Reece James, Tammy Abraham, Fikayo Tomori, hingga Tariq Lamptey.
Namun akademi klub London Barat itu memiliki reputasi positif di Eropa. Akademi Chelsea secara keseluruhan meraih dua titel Liga Inggris 2 (kompetisi Liga Inggris U21), UEFA Youth League, enam titel Liga Inggris U18 (tingkat nasional maupun selatan), sembilan titel FA Youth Cup, dan Piala Liga Inggris U18.
Dalam era kepemilikan Roman Abramovich, sorotan tinggi diberikan kepada pengeluaran untuk tim senior. Tetapi kualitas akademi klub London Barat itu juga meningkat secara signifikan. Akademi Chelsea meraih 14 titel di berbagai tingkat pada era kepemilikan pengusaha Rusia tersebut.
Keberhasilan meraih titel UEFA Youth League pada 2015 dan 2019 menjadi bukti dari perkembangan signifikan di akademi Chelsea. Sayangnya, terdapat banyak pemain yang mengalami kesulitan masuk ke skuad senior hingga kini. Embargo transfer pada musim 2019/20 berperan dalam masuknya banyak pemain saat Frank Lampard ditunjuk sebagai manajer tim senior.
Terdapat proses restrukturisasi di tingkat akademi Chelsea sejak 2006 hingga 2014 dengan tujuan untuk merekrut berbagai pemain muda berbakat dari berbagai belahan dunia. Rekrutmen juga dilakukan untuk mendatangkan pelatih akademi berkualitas tinggi. Selain itu terdapat peningkatan kualitas dari metode analisis dan pelatihan yang digunakan.
Sayangnya, akademi Chelsea mengalami kesulitan yang signifikan pada musim 2021/22. Tim Chelsea U23 nyaris terdegradasi dari Liga Inggris 2. Mereka meraih kemenangan 2-1 atas Tottenham Hotspur pada hari terakhir kompetisi yang memastikan status di divisi tertinggi akademi tersebut.
Era baru Chelsea di bawah kepemilikan Todd Boehly-Clearlake Capital harus mempertahankan fokus di tingkat akademi. Chelsea harus berusaha menghindari nasib yang dirasakan oleh FC Barcelona ketika klub yang bermarkas di Camp Nou itu lebih mementingkan rekrutmen pemain bintang.
Kegagalan untuk mempertahankan pemain-pemain seperti Tino Livramento, Fikayo Tomori, dan Tammy Abraham harus dihindari. Chelsea cukup sering mendatangkan pemain bintang dengan harga tinggi ketika alternatif berbakat tersedia di tingkat akademi.
3. Lebih Aktif dalam Proses Negosiasi Kontrak
Ketika Roman Abramovich mengakuisisi Chelsea, klub London Barat itu tidak segan mengeluarkan dana yang besar untuk merekrut berbagai pemain bintang. Proses rekrutmen dilakukan tanpa memerhatikan biaya yang dikeluarkan. Penjualan pemain sebagai bagian dari perolehan pendapatan juga tidak menjadi fokus utama.
Marina Granovskaia, sosok kepercayaan Abramovich, menjadi bagian penting dari perubahan ini. Granovskaia menjadi perwakilan Abramovich pada 2010, dan kemudian ditunjuk sebagai bagian direksi pada 2013, dan mendapat promosi ke posisi eksekutif satu tahun kemudian.
Granovskaia sukses membangun reputasi positif di tingkat manajemen di sepak bola Eropa. Granovskaia sukses menjadi negosiator penting dalam rekrutmen pemain, perpanjangan kontrak, hingga penjualan pemain.
Kinerja Granovskaia membuatnya mendapat beberapa penghargaan dari media internasional. Tetapi ia tidak sempurna. Permasalahan terlihat dalam beberapa waktu terakhir terkait negosiasi kontrak pemain.
Antonio Rudiger menjadi salah satu pemain yang menyampaikan kritik terkait negosiasi kontrak dengan manajemen Chelsea. Rudiger pada akhirnya hengkang ke Real Madrid dengan status bebas transfer. Kegagalan menyepakati perpanjangan kontrak juga dialami dengan Andreas Christensen – yang nampak akan segera pindah ke FC Barcelona.
Selain itu, kontrak dari pemain-pemain kunci seperti Mason Mount dan Reece James akan habis pada 2023. Kedua pemain itu memiliki hubungan positif dengan Chelsea, sebagai bagian dari generasi emas akademi yang masuk ke skuad senior pada 2019. Namun keduanya juga tidak sepi peminat.
Inisiatif lebih harus diterapkan oleh manajemen klub dalam proses negosiasi perpanjangan kontrak pemain-pemain kunci. Tentunya, kinerja positif dalam negosiasi dalam rekrutmen maupun penjualan pemain juga patut dipertahankan.
Saat ini terdapat cukup banyak spekulasi mengenai masa depan Granovskaia di Stamford Bridge. Mencari pengganti yang lebih baik atau bahkan sepadan akan sangat sulit untuk dilakukan.
2. Tetap Mendukung Thomas Tuchel dan Emma Hayes
Sepanjang sejarahnya, Chelsea tidak asing dengan periode yang sulit di dalam maupun luar lapangan. Namun akhir dari era kepemilikan Roman Abramovich pantas disebut sebagai salah satu yang tersulit. Terdapat berbagai spekulasi mengenai nasib Chelsea sebagai sebuah klub secara keseluruhan.
Potensi dan dorongan untuk memberi sanksi lebih berat kepada klub pada akhirnya berhasil diselesaikan ketika proses akuisisi rampung. Sepanjang periode tersebut, tekanan tinggi dirasakan oleh Thomas Tuchel (manajer tim senior pria) dan Emma Hayes (manajer tim sepak bola wanita).
Keduanya menjadi sosok yang mendapat berbagai pertanyaan dari media mengingat manajemen Chelsea tidak mengeluarkan pernyataan hingga terdapat perkembangan yang signifikan. Menghadapi kondisi dengan tekanan tinggi, Tuchel dan Hayes mampu berkembang menjadi sosok penting di dalam maupun luar lapangan.
Dukungan pantas diberikan kepada Tuchel dan Hayes untuk menjalani tugas utama mereka – melatih tim sepak bola. Kehadiran Tuchel dan Hayes dalam jangka panjang dapat berperan penting dalam upaya manajemen Chelsea di era kepemilikan Todd Boehly – Clearlake Capital untuk meraih kesuksesan di berbagai tingkat kompetisi yang diikuti.
1. Menjaga Hubungan dengan Suporter Demi Proyek Stamford Bridge
Proyek renovasi atau pembangunan stadio baru cukup sering terjadi di Eropa dalam dua dekade terakhir. Real Madrid, Barcelona, Manchester United, Tottenham Hotspur, Arsenal, Juventus, Milan, Inter, Bayern Munchen, menjadi contoh dari klub-klub besar yang mencoba hingga berhasil mengembangkan stadion mereka.
Roman Abramovich di Chelsea juga berusaha untuk melakukan renovasi di Stamford Bridge. Stadion ini memiliki kapasitas 41.837 penonton. Jumlah kapasitas ini tertinggal cukup jauh dibandingkan klub-klub besar lainnya di Eropa. Peningkatan kapasitas dapat menjadi faktor pendorong yang penting, mulai dari pendapatan tiket hingga status klub secara keseluruhan.
Komplikasi pada 2018 hingga 2020 pada akhirnya membuat rencana ini tidak dapat menjadi kenyataan. Status Stamford Bridge sebagai properti yang dimiliki CPO (Chelsea Pitch Owner) dan hubungan yang memburuk antara Pemerintah Inggris dan Rusia dipandang sebagai faktor yang penting.
Akuisisi Chelsea oleh konsorsium Boehly – Clearlake Capital meliputi komitmen untuk pengembangan Stamford Bridge. Menjaga hubungan yang baik dengan CPO dan supoter Chelsea secara keseluruhan akan menjadi kunci dalam upaya untuk memenuhi komitmen tersebut.