7 Hal yang Dirindukan dari Sepak Bola Era 90an

SOCCER-MANCHESTER-BAYERN5
SOCCER-MANCHESTER-BAYERN5 / ERIC CABANIS/GettyImages
facebooktwitterreddit

Banyak hal dari sepak bola di era 1990an kini telah lenyap dari pandangan penikmat sepak bola dan menimbulkan kerinduan besar saat kita kembali menyimak pertandingan-pertandingan super klasik yang biasanya disajikan beberapa kanal khusus sepak bola. 

Berikut adalah enam tren sepak bola di era 90an yang kini sudah menjadi barang asing bagi para pecinta sepak bola dunia:


1. Jersey Serba Longgar

Peter Schmeichel and David Seaman
Peter Schmeichel and David Seaman / Getty Images/GettyImages

Jika menilik gaya berpakaian para pesepak bola masa kini kita bisa melihat ada perbedaan besar dengan gaya di era 90an . Salah satu perbedaan yang paling mencolok tentunya bagaimana para pesepak bola di era 90an cenderung mengenakan jersey klub yang jauh lebih besar ketimbang para pemain masa kini. 

Gaya berpakaian ini tentu tak lepas dari perkembangan model jersey yang dikeluarkan aparel-aparel ternama seperti Nike, Adidas, Puma, dan yang lainnya yang mengikuti perkembangan teknologi untuk memberikan kenyamanan dan kemudahan bagi para pesepak bola yang mengenakan jersey keluaran mereka.


2. Kejayaan Tim-Tim Serie A

CUP-FR98-ITA-AUT-R. BAGGIO-JUBO
CUP-FR98-ITA-AUT-R. BAGGIO-JUBO / -/GettyImages

Jika saat ini penggemar sepak bola Indonesia lebih akrab dengan tim-tim Liga Primer Inggris, berbeda halnya dengan era 90an di mana penggemar sepak bola saat itu lebih dekat dengan gandrung dengan klub-klub Serie A. 

Tak hanya Juventus dan AC Milan yang memiliki basis massa penggemar yang luar biasa kala itu. Ada Lazio, AS Roma, Inter Milan, Fiorentina dan Parma yang menarik perhatian pecinta sepak bola Tanah Air. 

Kecintaan terhadap begitu banyaknya ttim Serie A kala itu tentu tak lepas dari sejumlah bintang sepak bola terbaik yang menjadikan Italia sebagai destinasi utama karier mereka. Pada era 90an, penggemar Serie A dimanjakan oleh aksi para pesepak bola top seperti Ronaldo, Gabriel Batistuta, Dennis Bergkamp, Paolo Maldini, Roberto Baggio, dan masih banyak lagi para pemain top lainnya.


3. Nonton Gratis Liga-Liga Top Eropa

Gary Pallister
Gary Pallister / Shaun Botterill/GettyImages

Dengan semakin mahalnya harga hak siar liga-liga top Eropa seperti Liga Primer Inggris, Serie A, dan La Liga, kita tak bisa dengan leluasa menikmati semua pertandingan dari tim-tim besar secara gratis dan harus berlangganan dan membayar mahal aplikasi atau perangkat tertentu untuk mendapatkan akses penuh.

Ini tentu berbeda dengan situasi era 90an di mana hampir semua liga top Eropa bisa dinikmati secara gratis karena ditayangkan oleh stasiun TV nasional. 


4. Sepak Bola Tanpa Media Sosial 

ACF Fiorentina v Udinese Calcio - Serie A
ACF Fiorentina v Udinese Calcio - Serie A / Gabriele Maltinti/GettyImages

Tentu saja perkembangan teknologi membuat semua orang bisa terkoneksi dan merasa lebih dekat meski terpisah jarak puluhan ribuan kilometer. Kehadiran media sosial saat ini membuat para penggemar lebih mudah mendapatkan informasi dari lapangan hijau dan aktivitas dari para pemain kesayangan mereka. 

Namun sepak bola sudah terasa nikmat tanpa sentuhan media sosial di era 90an. Para suporter biasanya rajin membeli majalah atau koran khusus sepak bola edisi mingguan maupun bulanan untuk mengikuti perkembangan lapangan hijau. Bagi para pelajar sekolah yang mencintai sepak bola ada kesenangan tersendiri ketika bisa membeli majalah atau koran favorit mereka dari hasil tabungan uang saku mereka. Belum lagi jika ada bonus poster yang biasanya akan ditempel di dinding kamar dibandingkan wallpaper yang kini menempel di dawai untuk generasi terkini.


5. Tanpa VAR, Tanpa Teknologi Garis Gawang

Rangers FC v Bayer 04 Leverkusen - UEFA Europa League Round of 16: First Leg
Rangers FC v Bayer 04 Leverkusen - UEFA Europa League Round of 16: First Leg / Ian MacNicol/GettyImages

Apa yang paling mengganggu kenikmatan para pecinta sepak bola dalam dua tahun terakhir selain rancunya penerapan VAR di berbagai kompetisi? VAR, dan begitu halnya dengan teknologi garis gawang untuk menentukan apakah bola 100 persen sudah melewati garis gawang untuk dinyatakan gol, tidak akan kita temui pada permainan sepak bola era 90an.

Meski penggunaan dua teknologi tersebut untuk menciptakan keadilan di lapangan hijau dan membantu tugas wasit, tak jarang yang terjadi malah kebingungan dan munculnya perdebatan soal keperluan menggunakan kedua teknologi tersebut. 

Bukankah mengganggu jika sebuah 'gol' dinyatakan tidak gol karena hanya lima persen bagian bola yang belum melewati garis gawang? Belum lagi cara Liga Primer Inggris menerapkan VAR di mana ada wasit tambahan yang ikut mengadili situasi melalui pantauan VAR dan bukannya wasit utama yang harus mengambil keputusan dengan melihat langsung sebuah tayangan ulang dari sebuah insiden penting. 


6. Sepatu Pesepak Bola Berwarna Hitam Polos

West Bromwich Albion v Manchester United - Premier League
West Bromwich Albion v Manchester United - Premier League / Shaun Botterill/GettyImages

Semakin ke sini warna sepatu seorang pesepak bola semakin penuh corak dan warna. Ini sangat berbeda dengan gaya para pemain era 90an yang terkesan lebih sederhana dengan banyak di antara mereka yang menggunakan sepatu berwarna hitam. 

Salah satu pesepak bola terkini yang diketahui mengenakan sepatu berwarna hitam adalah Romelu Lukaku saat memperkuat Manchester United. Ketika itu penyerang asal Belgia itu belum memiliki sponsor baru untuk menyuplai kebutuhan penggunaan sepatunya di atas lapangan.


7. Jangan Macam-Macam dengan Pierluigi Collina

Claudio Villa Archive
Claudio Villa Archive / Claudio Villa/GettyImages

Anda ingat wasit dengan mimik muka eksentrik bernama Pierluigi Collina? Dikenal sebagai wasit yang tegas dan wajah yang mengintimidasi, banyak para pemain yang tak akan berani berdebat dengan pria Italia tersebut. 

Colina menjadi salah satu wasit yang paling terkenal di era sepak bola 90an karena sosoknya yang ikonik, dan bisa dibilang belum tergantikan hingga saat ini.