6 Kota Besar di Eropa yang Tidak Memiliki Klub Sepakbola Tangguh

FC Bayern Muenchen v Hertha BSC - Bundesliga
FC Bayern Muenchen v Hertha BSC - Bundesliga / TF-Images/Getty Images
facebooktwitterreddit

Eropa menjadi kiblat sepakbola dunia seiring dengan keberadaan klub-klub papan atas dunia di benua tersebut. Dan jika menilik lebih lanjut, klub-klub sukses Eropa umumnya berada di kota-kota yang terbilang penting atau terbesar di negaranya. Kota-kota metropolitan seperti Paris, London, Munchen, dan Milan, menjadi beberapa contoh.

Akan tetapi, ternyata tidak semua kota metropolitan di sana mampu mengembangkan klub yang kompetitif, beberapa justru kesulitan bersaing di liga mereka sendiri. Berikut kami rangkum, enam kota besar di Eropa yang tidak memiliki klub sepakbola kompetitif.

1. Berlin

Hertha BSC v 1. FC Union Berlin - Bundesliga
Hertha BSC v 1. FC Union Berlin - Bundesliga / Stuart Franklin/Getty Images

Sebagai ibu kota dari salah satu negara terbesar di Eropa, sepakbola di Berlin dinilai masih jauh dari level yang diharapkan. Kota bersejarah ini memang memiliki dua klub yang di musim 2019/20 bermain di Bundesliga, yakni Hertha Berlin, dan klub promosi, Union Berlin, namun keduanya tidak cukup kompetitif.

Union dan status mereka sebagai tim promosi, jelas menunjukkan kurangnya kemampuan mereka untuk berkompetisi. Di sisi lain, Hertha, selaku 'raksasa' ibu kota, juga tidak menunjukkan kualitas yang diharapkan. Juara Bundesliga edisi 1930 dan 1931 itu sempat terdegradasi di musim 2012/13. Meskipun langsung kembali ke Bundesliga di musim 2013/14, mereka tidak pernah menembus papan atas, dengan pencapaian terbaik mereka adalah posisi ke-6 di musim 2016/17.

Hal ini tentu jauh jika dibandingkan tim ibu kota Eropa lainnya, seperti Paris Saint-Germain (Paris), Chelsea-Arsenal (London), Real-Atletico Madrid (Madrid), atau bahkan, AS Roma (Roma). Namun, hal ini mungkin akan berubah di musim-musim berikutnya, mengingat Hertha kini berada dalam naungan investor anyar, yakni pebisnis Jerman, Lars Windhorst.

2. Birmingham

Birmingham CFC v CD Cova da Piedade - Pre-Season Friendly
Birmingham CFC v CD Cova da Piedade - Pre-Season Friendly / Gualter Fatia/Getty Images

Dengan populasi mencapai 1,1 juta jiwa, Birmingham menjadi kota terbesar kedua di Inggris, di belakang ibu kota negara, London. Akan tetapi, masalah klub sepak bola, Birmingham jelas jauh tertinggal. Kota yang berada di West Midlands ini memiliki Birmingham City dan Aston Villa.

Villa memang saat ini masih berada di Liga Utama tapi kemungkinan besar mereka bakal kembali turun ke Championship karena saat ini berada di jurang degradasi.

Sementara Birmingham City sudah terdegradasi ke Championship (kasta kedua) sejak terakhir kali berlaga di Liga Primer pada musim 2010/11. Lebih ironisnya, publik sepertinya harus melupakan impian kembali ke Liga Primer dalam waktu dekat, karena peraih dua gelar League Cup ini kini bertengger di posisi ke-16 klasemen Championship.


3. Novosibirsk

Sibir Novosibirsk v Tom Tomsk - Premier League
Sibir Novosibirsk v Tom Tomsk - Premier League / Epsilon/Getty Images

Membicarakan Rusia, orang-orang pasti mengetahui tim-tim seperti raksasa ibu kota, CSKA dan Spartak Moscow, atau Zenit St. Petersburg, yang mewakili kota terbesar kedua di negara tersebut. Sayangnya, kota ketiga terbesar di negeri Beruang Merah, sama sekali tidak mampu mengikuti kedua 'kakak' nya. Kota yang dimaksud adalah Novosibirsk.

Berpenduduk 1,6 juta jiwa, Novosibirsk merupakan kota terbesar di Siberia (Rusia bagian Asia) dan merupakan pusat ekonomi wilayah tersebut. Kisah klub sepakbola di sana pun cukup unik, mereka memiliki klub Sibir Novisibirsk, yang hanya pernah satu kali bermain di Liga Primer Rusia pada 2009/10, sebelum kemudian terdegradasi.

Penurunan terus menerus membuat klub tersebut akhirnya terlempar dari kasta kedua pada 2018/19. Uniknya, manajemen klub memutuskan untuk membubarkan klub dengan tidak mendaftar lisensi anyar, akhirnya sejak 2019 hingga kini, dibuatlah klub baru yakni FC Novosibirsk, yang sekarang masih bermain di kasta ketiga sepak bola Rusia.


4. Hamburg

Hamburger SV v SV Wehen Wiesbaden - Second Bundesliga
Hamburger SV v SV Wehen Wiesbaden - Second Bundesliga / Stuart Franklin/Getty Images

Berjuluk Der Dino, Hamburg sejatinya merupakan klub yang disegani di era 1970an dan 1980an. Lemari trofi mereka berisi sejumlah gelar bergensgi, di antaranya enam gelar Bundesliga, dan juga satu gelar Liga Champions. Mereka juga sempat menyandang status sebagai tim yang belum pernah terdegradasi dari Bundesliga, cukup layak mewakili kota Hamburg yang merupakan kota terbesar kedua di Jerman.

Sayangnya, penurunan yang konstan sejak memasuki 2010an, berujung kepada patahnya rekor Hamburg kala mreka terdegradasi ke Bundesliga 2 di musim 2017/18 silam. Di musim 2019/20 mereka masih berupaya untuk bisa kembali naik ke Bundesliga, namun jikalau berhasil, cukup disangsikan berapa lama mereka mampu bertahan di sana.


5. Toulouse

FBL-FRA-LIGUE1-DIJON-TOULOUSE
FBL-FRA-LIGUE1-DIJON-TOULOUSE / JEAN-PHILIPPE KSIAZEK/Getty Images

Menduduki posisi ke-4 sebagai salah satu kota terbesar di Prancis, penampilan dari klub kebanggaan kota ini, Toulouse FC, jelas tidak bisa menjadi cermin dari potensi kota yang berjuluk 'The Pink City' ini.

Selama 10 tahun terakhir, Les Violettes lebih sering berjibaku di papan bawah. Di awal 2010an, mereka masih mampu bertarung di papan tengah, dengan pencapaian terbaik mereka di musim 2011/12 ketika menempati posisi ke-8. Sayangnya, sejak saat itu, mereka terus menurun. Bahkan mereka hampir terdegradasi di musim 2017/18, namun sukses bertahan setelah menang play off.

Nasib Toulouse sendiri di musim 2019/20 nampaknya tidak akan jauh dari mengecewakan. Pasalnya, mereka hingga kini masih duduk di posisi buncit (ke-20) Ligue 1, dan terpaut 30 poin dari Saint Etienne di zona aman (posisi ke-17).


6. Malaga

Deportivo v Malaga - La Liga SmartBank
Deportivo v Malaga - La Liga SmartBank / Quality Sport Images/Getty Images

Menjadi kota terbesar ke-6 di Spanyol, klub kebanggan kota tersebut, Malaga FC, sejatinya pernah mempunyai mimpi untuk mendominasi sepak bola Spanyol. Hal itu terjadi di awal tahun 2000an, kala Los Malaguistas cukup disegani di La Liga. Mereka bahkan sempat ikut serta dalam UEFA Cup musim 2002/03.

Penurunan dari klub mulai terjadi di paruh kedua periode 2010an. Mereka cukup sukses di paruh pertama, termasuk kala bermain Liga Champions 2012/13, setelah finish di posisi ke-4 La Liga musim sebelumnya. Namun, semua berubah di tahun musim 2013/14. Penjualan sejumlah pemain kunci, seperti Isco, Jeremy Toulalan, serta Joaquin, ditambah larangan dari UEFA untuk ikut serta di kompetisi Eropa akibat masalah utang, memperburuk situasi klub.

Mereka terus mengalami penurunan sejak itu, dan puncaknya di musim 2017/18 ketika mereka menempati posisi ke-20 La Liga, yang membuat Malaga terdegradasi ke La Liga 2 hingga sekarang. Harapan untuk kembali pun tidak akan terealisasi dalam waktu dekat, mengingat mereka justru berjibaku di papan bawah divisi kedua saat ini.