5 Klub Tradisional yang Mungkin Tidak Akan Kita Lihat Lagi di Liga Tertinggi Musim Depan

Genoa CFC v Cagliari Calcio - Serie A
Genoa CFC v Cagliari Calcio - Serie A / Valerio Pennicino/Getty Images
facebooktwitterreddit

Selalu berada di liga tertinggi dalam periode yang lama, tentu saja menjadi target semua klub sepak bola. Namun, nasib buruk bukan berarti tidak bisa hinggap, entah berapa pun lamanya sebuah klub berada di level tertinggi.

Seperti lima klub yang akan kami bahas kali ini. Kelimanya bisa dibilang sebagai wajah lawas di liga masing-masing, bahkan ada yang pernah menjadi penantang gelar. Sayangnya, inkonsistensi di musim 2019/20, kemungkinan harus dibayar mahal. Beberapa sudah resmi terlempar ke divisi kedua musim depan, sedangkan lainnya sedang menunggu detik-detik terakhir.

Berikut lima klub tersebut.

1. Ado Den Haag

ADO Den Haag v FC Emmen - Dutch Eredivisie
ADO Den Haag v FC Emmen - Dutch Eredivisie / Soccrates Images/Getty Images

Sudah bercokol di Eredivisie Belanda selama 12 tahun, Ado Den Haag harus rela untuk mengucapkan selamat tinggal kepada kasta tertinggi sepak bola Belanda. Hal ini dikarenakan tim asuhan Alan Pardew ini menempati posisi ke-19 liga. Mereka hanya meraih 19 poin, terpaut tujuh poin dari Fortuna Sittard di posisi ke-18.

Dengan Eredivisie 2019/20 yang sudah resmi dihentikan akibat COVID, nasib De Ooievaars pun tidak bisa lagi berubah. Sangat disayangkan, mengingat Den Haag adalah salah satu klub paling awal yang menghiasi Eredivisie kala masuk di tahun 1956.

2. Genoa

Genoa CFC v UC Sampdoria - Serie A
Genoa CFC v UC Sampdoria - Serie A / Massimo Cebrelli/Getty Images

Berbeda dengan nama-nama lain di daftar ini, nasib Genoa belum sepenuhnya dipastikan. Saat ini, Il Grifone berada di posisi ke-17, yang menjadi batas aman, dengan 25 poin, namun, poin mereka setara dengan Lecce yang ada di posisi ke-18. Untungnya, Genoa memiliki keunggulan selisih gol.

Akan tetapi, dengan Serie A yang masih menyisakan 12 laga lagi, nasib mereka bisa saja memburuk jika menilik dari penampilan musim ini. Dengan 13 kekalahan, dan hanya tujuh kemenangan, serta enam hasil imbang, tidak aneh jika para fans pesimistis. Apalagi, Mattia Destro masih harus menghadapi beberapa lawan berat, seperti Juventus, Inter Milan, Parma dan Napoli.

Jika terdegradasi di akhir musim, akan menjadi akhir yang pahit bagi 13 tahun partisipasi mereka di Serie A.

3. Toulouse

Youths hold a flag of Toulouse football
Youths hold a flag of Toulouse football / PHILIPPE HUGUEN/Getty Images

Sudah 17 tahun berada di Ligue 1, namun selama 17 tahun pula Toulouse berjibaku agar tidak melorot ke papan bawah. Di awal 2010an, mereka masih mampu bertarung di papan tengah, dengan pencapaian terbaik mereka di musim 2011/12 ketika menempati posisi ke-8. Sayangnya, sejak saat itu, mereka terus menurun. Bahkan mereka hampir terdegradasi di musim 2017/18, namun sukses bertahan setelah menang play off.

Akan tetapi, musim 2019/20 menjadi akhir dari hampir dua dekade partisipasi klub ini di kasta tertinggi. Mereka kini berada di posisi buncit (ke-20), dan dengan Ligue 1 resmi dihentikan akibat COVID19, nampaknya tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain menerima nasib.

4. RCD Espanyol

Espanyol Barcelona v Ferencvarosi TC: Group H - UEFA Europa League
Espanyol Barcelona v Ferencvarosi TC: Group H - UEFA Europa League / Alex Caparros/Getty Images

Menjadi rival sekota Barcelona, bukan berarti nasib Espanyol sama dengan tetangga mereka. Pasca tampil apik dan menduduki posisi ke-7 La Liga musim 2018/19 lalu, nasib Periquitos berubah total di musim 2019/20. Kepergian pelatih musim lalu, Rubi, ke Real Betis, terbukti menjadi petaka.

Bagaimana tidak, hingga pekan ke-27, mereka masih berada di dasar klasemen (ke-20) dengan 20 poin, terpaut enam poin dari Celta Vigo di zona aman (ke-17). Hal ini menjadi momentum terburuk klub selama 26 tahun partisipasi di La Liga. Kompetisi memang masih menyisakan 11 laga, namun sulit membayangkan Diego Lopez dkk bisa lolos dari jurang degradasi.

5. Werder Bremen

FBL-GER-BUNDESLIGA-BREMEN-LEIPZIG
FBL-GER-BUNDESLIGA-BREMEN-LEIPZIG / PATRIK STOLLARZ/Getty Images

Siapa tidak tahu tim satu ini, Werder Bremen merupakan salah satu tim 'sepuh' di Bundesliga Jerman. Mereka sudah berada di Bundesliga selama 39 tahun kala terdegradasi selama semusim pada 1980/81. Namun, durasi tersebut sudah lebih lama daripada nama-nama tenar lain seperti Schalke 04 (29 tahun), VFL Wolfsburg (23 tahun), dan Borussia Monchengladbach (12 tahun).

Bahkan sejak kembali, mereka kerap menjadi penantang posisi lima besar di era 1980an dan juga 2000an. Lemari trofi mereka pun cukup gemilang dengan 16 gelar domestik, termasuk empat Bundesliga dan enam DFB-Pokal.

Itu mengapa nasib Bremen musim 2019/20 sangat ironis. Hampir menembus zona Eropa musim lalu dengan finish di posisi ke-8, kini mereka berada di posisi ke-17, kedua dari bawah hingga pekan ke-29. Dengan 25 poin dan lima laga tersisa, Bremen masih punya harapan untuk naik ke zona aman. Karena pesaing mereka, Mainz, hanya teraput tiga poin di posisi ke-15.